Kamis, 15 September 2016

Kenapa Tidak Aktif di Twitter?

Saya ditanyai, "Kenapa tidak aktif di Twitter?". Penanya itu bilang, Twitter sangat digandrungi di Indonesia. Saya setuju. Saya pernah baca berita, di pertengahan tahun 2015, jumlah pengguna Twitter di Indonesia telah mencapai 50 juta pengguna. Meski belum dijelaskan secara detail, apakah 50 Juta itu merupakan jumlah pengguna aktif (active user) atau jumlah akun di Indonesia, namun, setidaknya jumlah itu sudah mengisyaratkan bahwa Twitter adalah media sosial yang amat digemari di Indonesia saat ini.

Twitter image for Molas Hombel

Twitter adalah salah satu layanan media sosial yang masuk kategori mikroblogging. Disebut mikroblogging karena kapasitas pengiriman pesan berbasis teksnya hanya mencapai 140 karakter. Mikroblog adalah suatu bentuk blog yang memungkinkan penggunanya untuk menulis teks pembaharuan singkat yang biasanya kurang dari 200 karakter dan mempublikasikannya, baik untuk dilihat semua orang atau kelompok terbatas yang dipilih oleh pengguna tersebut.

Twitter didirikan pada 21 Maret 2006 oleh Jack Dorsey, Noah Glass, Biz Stone, Evan Williams. Kantor pusat Twitter terletak di San Francisco, California, Amerika. Di Indonesia, Twitter baru membuka kantornya di Jakarta pada tahun 2015 kemarin. Kantor #TwitterIndonesia (@TwitterID) ada terletak di gedung One Pacific Place, SCBD, Jakarta. Molas Hombel sendiri sebenarnya sudah memiliki akun Twitter. Anda bisa memantau aktivitas Molas Hombel di Twitter di akun @molashombel. Akun ini masih sangat muda usianya, karena baru dibuat beberapa bulan lalu.
Founder of Twitter
Tiga founder Twitter Jack Dorsey, Noah Glass, Biz Stone, Evan Williams| Photo: complex. com

Lantas, Kenapa tidak Aktif di Twitter? Pertama, Molas Hombel adalah blog sederhana yang diciptakan untuk mengisi waktu santai. Tidak untuk tujuan yang lebih besar dan berkelas layaknya impian blogger Manggarai lainnya yang kian ramai dan kian maju itu.

Kedua, saya enggan disebut blogger. Dalam pikiran saya, seorang blogger adalah pemain blog yang telah sepenuhnya menggantungkan pendapatannya pada blog yang diupdatenya setiap hari. Dan untuk sampai ke sana, tentu tidak semua orang bisa. Bukan? Sementara saya, saya hanya seorang guru, guru Sekolah Dasar pula. Pemahaman saya tentang dunia blogging hanya seujung kuku.

Ketiga, soal media sosial, harus diakui, di Ruteng, pengguna internet terbanyak adalah pengguna facebook. Sebagian besar warganya jadi melek internet karena facebook. Termasuk saya. Saya bahkan mengenal dunia blogging dari facebook, dan bukan twitter.

Namun, terlepas dari ketiga alasan itu, saya menyadari satu hal, bahwa dunia kini telah menjadi kecil karena konektivitas lintas manusia, lintas lingkungan, lintas generasi terjadi begitu cepat dan mudah. Media sosial kini tidak hanya mempertemukan warga dunia, tetapi juga menjadi pusat informasi peradaban. Tidak hanya itu, media sosial seperti facebook, twitter dan instagram juga telah menjadi jembatan menjalankan bisnis sebagai jalan keluar kesulitan ekonomi. Jangan sungkan untuk bermain peran di media sosial, dengan tetap bijak menggunakannya.