tag:blogger.com,1999:blog-68905251173601924472024-03-14T03:38:24.058-07:00Molas HombelAnak Hombel-RutengAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/02814876240163406893noreply@blogger.comBlogger29125tag:blogger.com,1999:blog-6890525117360192447.post-33976459542417033502017-01-17T09:45:00.002-08:002017-01-17T09:45:56.819-08:00Komite Sekolah Boleh Galang Dana. Ini Penjelasannya<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://4.bp.blogspot.com/-SDs1yojyP6I/WH5YDVyZtkI/AAAAAAAAA5w/Fk807tN-RAcTb8pmgR8eGCDUmtmOezLnACLcB/s1600/Komite%2BSekolah.jpg" imageanchor="1" style="margin-center: 1em; margin-center: 1em;"><img border="0" src="https://4.bp.blogspot.com/-SDs1yojyP6I/WH5YDVyZtkI/AAAAAAAAA5w/Fk807tN-RAcTb8pmgR8eGCDUmtmOezLnACLcB/s1600/Komite%2BSekolah.jpg" /></a></div><br>
Dengan pertimbangan untuk meningkatkan layanan mutu pendidikan,<b> Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)</b> Muhadjir Effendy memandang perlu dilakukan revitalisasi tugas Komite Sekolah berdasarkan prinsip gotong royong. Atas dasar pertimbangan tersebut, pada 30 Desember 2016, Mendikbub menandatangani Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor: 75 Tahun 2016 tentang Komite Sekolah.<br><br>Dalam peraturan ini disebutkan, bahwa Komite Sekolah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orangtua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.<br><br>
“Komite Sekolah berkedudukan di tiap sekolah, berfungsi dalam peningkatan pelayanan pendidikan; menjalankan fungsinya secara gotong royong, demokratis, mandiri, profesional, dan akuntabel,” bunyi Pasal 2 ayat (1,2,3) Permendikbud itu.<br><br>Menurut Permendikbud ini, anggota Komite Sekolah terdiri atas:<br>
a. Orangtua/wali dari siswa yang masih aktif pada sekolah yang bersangkutan paling banyak 50% (lima puluh persen)<br>
b. Tokoh masyarakat paling banyak 30% (tiga puluh persen), antara lain: 1. Memiliki pekerjaan dan perilaku hidup yang dapat menjadi panutan bagi masyarakat setempat; dan/atau 2. Anggota/pengurus organisasi atau kelompok masyarakat peduli pendidikan, tidak termasuk anggota/pengurus organisasi profesi penduduk dan pengurus partai politik;<br>
c. Pakar pendidikan paling banyak 30% (tiga puluh persen), antara lain: 1. Pensiunan tenaga pendidik; dan/atau 2. Orang yang memiliki pengalaman di bidang pendidikan.<br><br>“Anggota Komite Sekolah berjumlah paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 15 (lima belas) orang,” bunyi Pasal 4 ayat (2) Permendikbud itu.<br><br>Ditegaskan dalam peraturan itu, bahwa bupati/wali kota, camat, lurah/kepala desa merupakan pembina seluruh Komite Sekolah sesuai dengan wilayah kerjanya.<br><br>Menurut Permendikbud ini, anggota Komite Sekolah dipilih melalui rapat orangtua/wali siswa, dan ditetapkan oleh Kepala Sekolah yang bersangkutan, dengan masa jabatan paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan.<br><br>
Keanggotaan Komite Sekolah berakhir apabila:<br>
a. Mengundurkan diri;<br>
b. Meninggal dunia;<br>
c. Tidak dapat melaksanakan tugas karena berhalangan tetap; atau<br>
d. Dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana kejahatan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.<br><br>
<h3>Penggalangan Dana</h3>
Dalam Permendikbud ini disebutkan, Komite Sekolah melakukan penggalangan dana dan sumber daya pendidikan lainnya untuk melaksanakan fungsinya dalam memberikan dukungan tenaga, sarana, dan prasarana, serta pengawasan pendidikan.<br><br>“Penggalangan dana dan sumber daya pendidikan lainnya berbentuk bantuan dan/atau sumbangan, bukan pungutan,” bunyi Pasal 10 ayat (2) Permendikbud ini.<br><br>Namun ditegaskan dalam Permendikbud ini, bahwa Komite Sekolah harus membuat proposal yang diketahui oleh Sekolah sebelum melakukan penggalangan dana dan sumber daya pendidikan lainnya dari masyarakat. Selain itu, hasil penggalangan dana harus dibukukan pada rekening bersama antara Komite Sekolah dan Sekolah.<br><br>Hasil penggalangan dana tersebut dapat digunakan antara lain:<br>
a. Menutupi kekurangan biaya satuan pendidikan;<br>
b. Pembiayaan program/kegiatan terkait peningkatan mutu sekolah yang tidak dianggarkan;<br>
c. Pengembangan sarana/prasarana; dan<br>
d. Pembiayaan kegiatan operasional Komite Sekolah dilakukan secara wajar dan dapat dipertanggung jawabkan.<br><br>
Sementara penggunanaan hasil penggalangan dana oleh Sekolah harus:<br>
a. Mendapat persetujuan dari Komite Sekolah;<br>
b. Dipertanggungjawabkan secara transparan; dan<br>
c. Dilaporkan kepada Komite Sekolah.<br><br>
“Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan,” bunyi Pasal 16 Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 yang telah diundangkan oleh Dirjen Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan HAM Widodo Ekatjahjana pada 30 Desember 2016.<br><br> <a href="http://setkab.go.id/permendikbud-nomor-75-tahun-2016-komite-sekolah-boleh-galang-dana/"><i><b>Sumber: Setgab</b></i></a>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02814876240163406893noreply@blogger.com0Ruteng, Watu, Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Tim., Indonesia-8.6143650000000012 120.466499-34.1363995 79.157905 16.907669499999997 161.775093tag:blogger.com,1999:blog-6890525117360192447.post-29439335923916495632017-01-15T07:41:00.000-08:002017-01-15T07:41:26.579-08:00Stop Bully Annisa Pohan!<div style="text-align: justify;">
Kasihan <b>Annisa Pohan</b>. Tiga calon gubernur Jakarta yang berdebat di atas panggung, Annisa yang panen bullyan. Dia dibully habis-habisan lantaran komentarnya di media sosial “path” tersebar di berbagai platform media sosial. Komentar itu sebenarnya disampaikan Annisa untuk mengomentari postingan teman path-nya.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-bxA_bUO92Y0/WHuWvlOpqvI/AAAAAAAAA5Y/VX2fZ8uJ9-ELjkToEox7xh7voEnf4T65gCLcB/s1600/Annisa%2BPohan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Stop Bully Annisa Pohan" border="0" src="https://1.bp.blogspot.com/-bxA_bUO92Y0/WHuWvlOpqvI/AAAAAAAAA5Y/VX2fZ8uJ9-ELjkToEox7xh7voEnf4T65gCLcB/s1600/Annisa%2BPohan.jpg" title="Stop Bully Annisa Pohan" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Annisa Pohan dan Agus Harimurty Yudhoyono dalam sebuah acara di Jakarta. | Photo: Instagram Annisa Pohan</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Annisa adalah istri <b>Agus Harimurti Yudhoyono</b>, Putra pertama Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono yang kini sedang ikut berkompetisi dalam kontestasi Pilkada DKI Jakarta. Bully dan komentar negatif terhadap Annisa adalah buntut dari debat Pilkada DKI Jakarta yang digelar di Jakarta, Jumat, 13 Januari 2017 malam. Debat itu menghadirkan ketiga pasangan cagub/ cawagub DKI Jakarta: Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Seperti yang terjadi pada debat politik lainnya, debat <b><i>Pilkada DKI Jakarta</i></b> juga tak kalah seru.<br />
<br />
Masing-masing pasangan calon mengungkapkan rencana, konsep dan strategi membangun Jakarta jika mereka terpilih. Terhadap debat itu, reaksi-positif dan negative-dari banyak kalangan tumpah ruah di media sosial. Kabar bagusnya, banyak orang berpartisipasi menyaksikan dan aktif mengomentari konten opini yang disampaikan para kandidat gubernur di panggung debat. Kabar buruknya, komentar-komentar yang muncul dalam debat kebanyakan caci maki, cercaan, hujatan, dan ujaran kebencian terhadap kandidat yang tidak didukung.<br />
<br />
Meme, video pendek editan, tulisan-tulisan di media sosial kebanyakan adalah bentuk sikap tidak setuju dengan apa yang disampaikan pasangan yang tidak didukung. Pendukung dari tiga kandidat saling serang dan saling cerca di media sosial sambil menjagokan pasangan calon yang diusung.<br />
<br />
Buat saya, wajar-wajar saja jika saling serang opini itu terjadi di panggung debat. Itulah bukti pertarungan gagasan antara ketiga kandidat untuk mendulang simpatik para pemilih di Ibukota. Beragam opini yang mereka sampaikan di atas panggung debat justru akan memperkaya alasan bagi para pemilih untuk menentukan pilihan mereka; pada kandidat mana pemilih harus menjatuhkan pilihan saat hari pemungutan suara nanti.<br />
<br />
Dimana-mana, ideal dari sebuah debat adalah adu gagasan, adu konsep, adu perencanaan. Bukan saling hujat. Para kandidat gubernur di ibukota telah menampilkan itu pada debat tahap pertama Jumat malam. Setidaknya apresiasi perlu disampaikan kepada ketiga kandidat itu.<br />
<br />
Di situlah posisi para pendukung harus ditunjukkan. Berkomentar, memberi tanggapan dan membantah secara kritis-logis-objektif setiap gagasan yang disampaikan para kandidat. Bukanlah hujatan yang tak karuan caci maki dan bully yang tak sehat yang dikemukakan. Membully kandidat justru hanya akan memperkeruh suasana politik di Ibukota, meyulut sumbu konflik politik lintas pendukung dari tiga kandidat yang bertarung.<br />
<br />
Dalam kasus Annisa Pohan, dia menjawab komentar dari sahabat dekatnya (pengertian sahabat, teman dekat lebih mungkin karena kedekatan relasi persahabatan mereka) yang turut mengomentari debat yang diselenggarakan di Hotel Bidakara itu. Tentu, saya, sebagai wanita juga akan berlaku sama dengan Annisa jika suami saya mengikuti debat itu dan ada teman saya yang berkomentar buruk terhadap penampilan suami saya.<br />
<br />
Saya tentu akan merasa, sebagai wanita, tersinggung karena suami saya dihujat teman dekat saya yang, menurut saya, seharusnya tidak berlaku demikian terhadap sahabatnya sendiri. Di dunia ini, istri siapa lah yang tak tersinggung jika suaminya dilecehkan seperti itu di media sosial? Hati wanita mana yang tak sakit dengan ujaran kebencian pihak lain di muka umum? Apalagi, jika itu dilakukan oleh teman sendiri.<br />
<br />
Saya yakin satu hal, tanggapan Annisa tentu akan berbeda manakala hal itu tidak diujar oleh netizen yang tak pernah dikenal Annisa.<br />
<br />
Itulah wujud dukungan terbaik yang diberikan Annisa kepada suaminya, Agus Harimurti Yudhoyono. Toh Annisa berlatar pendidikan tinggi yang juga mempunyai konsep dan pemahaman tentang dunia perpolitikan. Ayahnya juga seorang tokoh politik nasional. Lagi-lagi, penekanan saya ada pada ekpresi emosional Annisa terhadap sahabatnya sendiri yang berkomentar negatif terhadap penampilan suaminya. Toh komentar balasan Annisa terhadap temannya itu tidak serta merta bermakna ajakan untuk tidak berbeda pilihan politik dengan Annisa, kan?<br />
<br />
Sayangnya, komentar itu serentak dipakai sejumlah pendukung pasangan lain untuk menyerang AHY serta keluarganya. Percakapan Annisa dan sahabatnya itu lalu dicapture dan disebarkan ke berbagai media sosial. Heboh. Annisa panen bullyan, diolok-olok; hal yang tak perlu dilakukan jika anda adalah netizen cerdas pendukung kandidat gubernur DKI Jakarta yang benar-benar pro terhadap <a href="http://victorialerrick.blogspot.co.id/2016/10/paradoks-media-sosial.html" target="_blank"><b>penggunaan internet secara sehat</b></a>, dan tidak menjadikan internet sebagai media penyebaran fitnah dan kebencian.<br />
<br />
Bagaimana jika anda ada di posisi seorang Annisa; sebagai wanita, sebagai isteri seorang Agus Harimurti?
Salam.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02814876240163406893noreply@blogger.com0Ruteng, Watu, Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Tim., Indonesia-8.6143650000000012 120.466499-34.1363995 79.157905 16.907669499999997 161.775093tag:blogger.com,1999:blog-6890525117360192447.post-51207280584780278242017-01-03T18:27:00.000-08:002017-01-14T18:29:20.715-08:00Ini 15 Bentuk Kekerasan Seksual Versi Komnas Perempuan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-ut6qw8VPDkU/WHrd0BLqWhI/AAAAAAAAA5A/YJwv8oPGL-w9sfhDweUYJqyA6tdUeq03ACLcB/s1600/15%2BBentuk%2BKekerasan%2BTerhadap%2BPerempuan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Ini 15 Bentuk Kekerasan Seksual Versi Komnas Perempuan" border="0" src="https://1.bp.blogspot.com/-ut6qw8VPDkU/WHrd0BLqWhI/AAAAAAAAA5A/YJwv8oPGL-w9sfhDweUYJqyA6tdUeq03ACLcB/s1600/15%2BBentuk%2BKekerasan%2BTerhadap%2BPerempuan.jpg" title="Ini 15 Bentuk Kekerasan Seksual Versi Komnas Perempuan" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.komnasperempuan.go.id/"><b>Komisi Nasional (Komnas) Perempuan</b></a> pernah merilis 15 bentuk kekerasan seksual berdasarkan hasil kajian Komnas Perempuan selama 15 tahun (1998-2013). 15 bentuk kekerasan seksual itu, antara lain;<br />
<br />
<h3>
1. Perkosaan</h3>
Serangan dalam bentuk pemaksaan hubungan seksual dengan memakai penis ke arah vagina, anus atau mulut korban. Bisa juga menggunakan jari tangan atau benda-benda lainnya.Serangan dilakukan dengan kekerasan, ancaman kekerasan, penahanan, tekanan psikologis, penyalahgunaan kekuasaan, atau dengan mengambil kesempatan dari lingkungan yang penuh paksaan. Pencabulan adalah istilah lain dari perkosaan yang dikenal dalam sistem hukum Indonesia. Istilah ini digunakan ketika perkosaan dilakukan diluar pemaksaan penetrasi penis ke vagina dan ketika terjadi hubungan seksual pada orang yang belum mampu memberikan persetujuan secara utuh, misalnya terhadap anak atau seseorang di bawah 18 tahun.<br />
<br />
<h3>
2. Intimidasi Seksual termasuk Ancaman atau Percobaan Perkosaan</h3>
Tindakan yang menyerang seksualitas untuk menimbulkan rasa takut atau penderitaan psikis pada perempuan korban. Intimidasi seksual bisa disampaikan secara langsung maupun tidak langsung melalui surat, sms, email, dan lain-lain. Ancaman atau percobaan perkosaan juga bagian dari intimidasi seksual.<br />
<br />
<h3>
3. Pelecehan Seksual</h3>
Tindakan seksual lewat sentuhan fisik maupun non-fisik dengan sasaran organ seksual atau seksualitas korban. Ia termasuk menggunakan siulan, main mata, ucapan bernuansa seksual, mempertunjukan materi pornografi dan keinginan seksual, colekan atau sentuhan di bagian tubuh, gerakan atau isyarat yang bersifat seksual sehingga mengakibatkan rasa tidak nyaman, tersinggung, merasa direndahkan martabatnya, dan mungkin sampai menyebabkan masalah kesehatan dan keselamatan<br />
<br />
<h3>
4. Eksploitasi Seksual</h3>
Tindakan penyalahgunaan kekuasan yang timpang,atau penyalahgunaan kepercayaan, untuk tujuan kepuasan seksual, maupun untukmemperoleh keuntungan dalam bentuk uang, sosial, politik dan lainnya. Praktik eksploitasi seksual yang kerap ditemui adalah menggunakan kemiskinan perempuan sehingga ia masuk dalam prostitusi atau pornografi. Praktik lainnya adalah tindakan mengimingimingi perkawinan untuk memperoleh layanan seksual dari perempuan, lalu ditelantarkankan.<br />
<br />
Situasi ini kerap disebut juga sebagai kasus “ingkar janji”. Iming-iming ini menggunakan cara pikir dalam masyarakat, yang mengaitkan posisi perempuan dengan status perkawinannya. Perempuan menjadi merasa tak memiliki daya tawar, kecuali dengan mengikuti kehendak pelaku, agar ia dinikahi.<br />
<br />
<h3>
5. Perdagangan Perempuan untuk Tujuan Seksual</h3>
Tindakan merekrut, mengangkut, menampung, mengirim, memindahkan, atau menerima seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atas posisi rentan, penjeratan utang atau pemberian bayaran atau manfaat terhadap korban secara langsung maupun orang lain yang menguasainya, untuk tujuan prostitusi ataupun eksploitasi seksual lainnya. Perdagangan perempuan dapat terjadi di dalam negara maupun antar negara.<br />
<br />
<h3>
6. Prostitusi Paksa</h3>
Situasi dimana perempuan mengalami tipu daya, ancaman maupun kekerasan untuk menjadi pekerja seks. Keadaan ini dapat terjadi pada masa rekrutmen maupun untuk membuat perempuan tersebut tidak berdaya untuk melepaskan dirinya dari prostitusi, misalnya dengan penyekapan, penjeratan utang, atau ancaman kekerasan. Prostitusi paksa memiliki beberapa kemiripan, namun tidak selalu sama dengan perbudakan seksual atau dengan perdagangan orang untuk tujuan seksual.<br />
<br />
<h3>
7. Perbudakan Seksual</h3>
Situasi dimana pelaku merasa menjadi “pemilik” atas tubuh korban sehingga berhak untuk melakukan apapun termasuk memperoleh kepuasan seksual melalui pemerkosaan atau bentuk lain kekerasan seksual. Perbudakan ini mencakup situasi dimana perempuan dewasa atau anak-anak dipaksa menikah, melayani rumah tangga atau bentuk kerja paksa lainnya, serta berhubungan seksual dengan penyekapnya.<br />
<br />
<h3>
8. Pemaksaan perkawinan, termasukcerai gantung</h3>
Pemaksaan perkawinan dimasukkan sebagai jenis kekerasan seksual karena pemaksaan hubungan seksual menjadi bagian tidak terpisahkan dari perkawinan yang tidak diinginkan oleh perempuan tersebut. Ada beberapa praktik di mana perempuan terikat perkawinan di luar kehendaknya sendiri. <i><b>Pertama</b></i>, ketika perempuan merasa tidak memiliki pilihan lain kecuali mengikuti kehendak orang tuanya agar dia menikah, sekalipun bukan dengan orang yang dia inginkan atau bahkan dengan orang yang tidak dia kenali. Situasi ini kerap disebut kawin paksa. <b><i>Kedua</i></b>, praktik memaksa korban perkosaan menikahi pelaku. Pernikahan itu dianggap mengurangi aib akibat perkosaan yang terjadi. <i><b>Ketiga</b></i>, praktik cerai gantung yaitu ketika perempuan dipaksa untuk terus berada dalam ikatan perkawinan padahal ia ingin bercerai. Namun, gugatan cerainya ditolak atau tidak diproses dengan berbagai alasan baik dari pihak suami maupun otoritas lainnya. <i><b>Keempat</b></i>, praktik “Kawin Cina Buta”, yaitu memaksakan perempuan untuk menikah dengan orang lain untuk satu malam dengan tujuan rujuk dengan mantan suaminya setelah talak tiga (cerai untuk ketiga kalinya dalam hukum Islam). Praktik ini dilarang oleh ajaran agama, namun masih ditemukan di berbagaidaerah.<br />
<br />
<h3>
9. Pemaksaan Kehamilan</h3>
Situasi ketika perempuan dipaksa, dengan kekerasan maupun ancaman kekerasan, untuk melanjutkan kehamilan yang tidak dia kehendaki. Kondisi ini misalnya dialami oleh perempuan korban perkosaan yang tidak diberikan pilihan lain kecuali melanjutkan kehamilannya. Juga, ketika suami menghalangi istrinya untuk menggunakan kontrasepsi sehingga perempuan itu tidak dapat mengatur jarak kehamilannya. Pemaksaan kehamilan ini berbeda dimensi dengan kehamilan paksa dalam konteks kejahatan terhadap kemanusiaan dalam Statuta Roma, yaitu situasi pembatasan secara melawan hukum terhadap seorang perempuan untuk hamil secara paksa, dengan maksud untuk membuat komposisi etnis dari suatu populasi atau untuk melakukan pelanggaran hukum internasional lainnya.<br />
<br />
<h3>
10. Pemaksaan Aborsi</h3>
Pengguguran kandungan yang dilakukan karena adanya tekanan, ancaman, maupun paksaan dari pihak lain.<br />
<br />
<h3>
11. Pemaksaan kontrasepsi dan sterilisasi</h3>
Disebut pemaksaan ketika pemasangan alat kontrasepsi dan/atau pelaksanaan sterilisasi tanpa persetujuan utuh dari perempuan karena ia tidak mendapat informasi yang lengkap ataupun dianggap tidak cakap hukum untuk dapat memberikan persetujuan. Pada masa Orde Baru, tindakan ini dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk, sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan.<br />
<br />
Sekarang, kasus pemaksaan pemaksaan kontrasepsi/ sterilisasi biasa terjadi pada perempuan dengan HIV/ AIDS dengan alasan mencegah kelahiran anak dengan HIV/ AIDS. Pemaksaan ini juga dialami perempuan penyandang disabilitas, utamanya tuna grahita, yang dianggap tidak mampu membuat keputusan bagi dirinya sendiri, rentan perkosaan, dan karenanya mengurangi beban keluarga untuk mengurus kehamilannya.<br />
<br />
<h3>
12. Penyiksaan Seksual</h3>
Tindakan khusus menyerang organ dan seksualitas perempuan, yang dilakukan dengan sengaja, sehingga menimbulkan rasa sakit atau penderitaan hebat, baik jasmani, rohani maupun seksual. Ini dilakukan untuk memperoleh pengakuan atau keterangan darinya, atau dari orang ketiga, atau untuk menghukumnya atas suatu perbuatan yang telah atau diduga telah dilakukan olehnya ataupun oleh orang ketiga.<br />
<br />
Penyiksaan seksual juga bisa dilakukan untuk mengancam atau memaksanya, atau orang ketiga, berdasarkan pada diskriminasi atas alasan apapun. Termasuk bentuk ini apabila rasa sakit dan penderitaan tersebut ditimbulkan oleh hasutan, persetujuan, atau sepengetahuan pejabat publik atau aparat penegak hukum.<br />
<br />
<h3>
13. Penghukuman tidak manusiawi danbernuansa seksual</h3>
Caramenghukum yang menyebabkan penderitaan, kesakitan, ketakutan, atau rasa malu yang luar biasa yang tidak bisa tidak termasuk dalam penyiksaan. Ia termasuk hukuman cambuk dan hukuman-hukuman yang mempermalukan atau untuk merendahkan martabat manusia karena dituduh melanggar norma-norma kesusilaan.<br />
<br />
<h3>
14. Praktik tradisi bernuansa seksual yang membahayakan atau mendiskriminasi perempuan</h3>
Kebiasaan masyarakat , kadang ditopang dengan alasan agama dan/ atau budaya, yang bernuansa seksual dan dapat menimbulkan cidera secara fisik, psikologis maupun seksual pada perempuan. Kebiasaan ini dapat pula dilakukan untuk mengontrol seksualitas perempuan dalam perspektif yang merendahkan perempuan. Sunat perempuan adalah salah satu contohnya.<br />
<br />
<h3>
15. Kontrol seksual, termasuk lewat aturan diskriminatif beralasan moralitas dan agama</h3>
Cara pikir di dalam masyarakat yang menempatkan perempuan sebagai simbol moralitas komunitas, membedakan antara “perempuan baik-baik” dan perempuan “nakal”, dan menghakimi perempuan sebagai pemicu kekerasan seksual menjadi landasan upaya mengontrol seksual (dan seksualitas) perempuan. Kontrol seksual mencakup berbagai tindak kekerasan maupun ancaman kekerasan secara langsung maupun tidak langsung, untuk mengancam atau memaksakan perempuan untuk menginternalisasi simbolsimbol tertentu yang dianggap pantas bagi “perempuan baik-baik’.<br />
<br />
Pemaksaan busana menjadi salah satu bentuk kontrol seksual yang paling sering ditemui. Kontrol seksual juga dilakukan lewat aturan yang memuat kewajiban busana, jam malam, larangan berada di tempat tertentu pada jam tertentu, larangan berada di satu tempat bersama lawan jenis tanpa ikatan kerabat atau perkawinan, serta aturan tentang pornografi yang melandaskan diri lebih pada persoalan moralitas daripada kekerasan seksual. Aturan yang diskriminatif ini ada di tingkat nasional maupun daerah dan dikokohkan dengan alasan moralitas dan agama. Pelanggar aturan ini dikenai hukuman dalam bentuk peringatan, denda, penjara maupun hukuman badan lainnya.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02814876240163406893noreply@blogger.com0Ruteng, Watu, Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Tim., Indonesia-8.6143650000000012 120.466499-34.1363995 79.157905 16.907669499999997 161.775093tag:blogger.com,1999:blog-6890525117360192447.post-42923130722104908152017-01-03T13:00:00.000-08:002017-01-14T13:24:52.362-08:00Kegagalan Tak Harus DitangisiKita pernah gagal atau merasa gagal. Di dalam banyak hal, kita sering gagal. Gagal artinya tidak berhasil; tidak tercapai. Apa yang kita kerjakan atau kita usahakan tidak sampai pada tujuannya. Kecewa, marah, sakit hati adalah perasaan-perasaan yang timbul saat kita gagal melakukan sesuatu. Lebih parah lagi jika kegagalan terjadi untuk kesekian kalinya.<br><br>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://2.bp.blogspot.com/-upbuapD7PW4/WHqW0BRPWAI/AAAAAAAAA4o/gqwMO8t98LARjLjGrV6teodAKOg3I3Z8ACLcB/s1600/Failure.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://2.bp.blogspot.com/-upbuapD7PW4/WHqW0BRPWAI/AAAAAAAAA4o/gqwMO8t98LARjLjGrV6teodAKOg3I3Z8ACLcB/s1600/Failure.jpg" /></a></div><br>Saya membedakan kegagalan dan merasa gagal. Kegagalan adalah sebuah kondisi yang benar-benar tidak memungkinkan kita melanjutkan sebuah pekerjaan atau usaha. Sedangkan, merasa gagal adalah bentuk sikap pesimis terhadap sebuah usaha yang kita kerjakan di saat pekerjaan itu sedang diusahakan.<br><br>Semua orang tentu mengalami kegagalan. Anda dan saya juga pernah, bahkan sering mengalami kegagalan. Saya percaya, manusia tidak akan pernah bisa mencapai titik puncak keberhasilan sampai ia pernah jatuh dalam titik yang paling bawah.<br><br> Artinya, kegagalan bukan akhir dari segalanya, namun merupakan proses dari lahirnya keberhasilan. Kegagalan bukan lah sebuah luka. Jika kegagalan itu diibaratkan sebagai luka, maka kita perlu menghadapi rasa perih ketika diobati untuk bisa sembuh. Membiarkan luka itu begitu saja jelas tak akan membuatnya jadi makin membaik. Perlu usaha untuk menyembuhkan dan berani menghadapi perihnya rasa sakit tersebut.<br><br>Di situlah peran otokritik diri menjadi bermaksa. Tenangkan pikiran, menuliskan apa yang kita telah kerjakan, dan berusaha menemukan alasan kita tak menemukan keberhasilan adalah daftar langkah kita untuk tidak gagal lagi pada usaha berikutnya.<br><br>Menurut Arry Rahmawan, seorangn praktisi trainer dari Universitas Indonesia, ada 9 makna penting di balik kegagalan;<br><br>1. Gagal itu tidaklah sama dengan menjadi pecundang. Seseorang bisa saja sering gagal namun tetap bukan seorang pecundang. Seorang pecundang justru adalah mereka yang kabur duluan sebelum mencoba karena takut gagal.<br><br>2. Gagal tidaklah memalukan seperti yang dikira semua orang. Berbuat salah tidaklah lebih daripada bergabung dengan umat manusia lainnya. Tidak ada manusia yang tidak pernah gagal<br><br>3. Kegagalan itu hanyalah kemunduran sementara. Kegagalan tidaklah pernah menjadi bab terakhir dari buku kehidupan anda kecuali anda menyerah.<br><br>4. Sesuatu yang layak itu tak pernah tercapai tanpa resiko gagal. Orang yang meresikokan segalanya untuk mencoba mencapai sesuatu yang benar-benar layak lalu gagal sama sekali bukanlah pecundang yang memalukan.<br><br>5. Kegagalan adalah persiapan alami untuk meraih sukses. Walaupun tampaknya aneh, sukses itu lebih sulit dijalani dengan sukses ketimbang kegagalan.<br><br>6. Setiap kegagalan pasti disertai dengan peluang-peluang akan sesuatu yang lebih besar. Analisalah kegagalan dari sudut manapun, maka akan anda temukan benih-benih untuk mengubah kegagalan itu menjadi sukses.<br><br>7. Adalah terpulang pada anda untuk menyikapi kegagalan-kegagalan dalam kehidupan anda.Kegagalan itu bisa menjadi berkat atau kutukan, tergantung pada reaksi atau respons masing-masing individu terhadapnya.<br><br>8. Kegagalan adalah peluang untuk belajar bagaimana caranya mengerjakan segalanya dengan lebih baik lain kali – belajar di mana bahaya2nya dan bagaimana caranya untuk menghindarinya.Hal yang terbaik dapat dilakukan dengan kegagalan adalah belajar sebisanya darinya.<br><br>9. Kegagalan adalah pembuat samar kesuksesan yang ada di depan mata. Intinya adalah kegagalan adalah penipu licik dari kesuksesan yang seharusnya sudah ada selangkah di depan mata. Jadi, jangan pernah quit ketika menghadapi kegagalan sementara.<br><br>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02814876240163406893noreply@blogger.com0Ruteng, Watu, Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Tim., Indonesia-8.6143650000000012 120.466499-34.1363995 79.157905 16.907669499999997 161.775093tag:blogger.com,1999:blog-6890525117360192447.post-21799124836745622312016-12-02T11:01:00.000-08:002017-01-11T11:02:51.315-08:00Merawat Kedamaian<div style="text-align: justify;">
Saya bahkan tak mengucapkan <b>"Selamat Natal dan Selamat Tahun Baru"</b> di <a href="https://victorialerrick.blogspot.co.id/">Molas Hombel</a>. Untuk kesekian kalinya, penyakit malas dalam dunia blogging adalah penyakit paling susah disembuhkan. Malas menulis, malas berpikir, malas mencari inspirasi, malas menarasikan, dan sebagainya. Maka, sambil berbenah pikiran dan mengasa jari jemari, tulisan ini sebaiknya tanpa judul. Itu yang terpikirkan saat hendak kembali menjalankan jari di atas papan tombol handphone. Lalu, teringat, malam Natal kemarin (24 Desember 2016), banyak orang yang unggah status <b>"Merawat Kedamaian"</b></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-kmwktlYEbpQ/WHaAX1lL42I/AAAAAAAAA4M/NkZ7Do7TqREL5TtgfOvj-LbOwsIZQ-WngCLcB/s1600/Merawat%2BKedamaian%2BDarrenHester.jpg" imageanchor="1" style="margin-center: 1em; margin-center: 1em;"><img alt="Merawat Kedamaian by DarrenHester" border="0" src="https://2.bp.blogspot.com/-kmwktlYEbpQ/WHaAX1lL42I/AAAAAAAAA4M/NkZ7Do7TqREL5TtgfOvj-LbOwsIZQ-WngCLcB/s1600/Merawat%2BKedamaian%2BDarrenHester.jpg" title="Merawat Kedamaian by DarrenHester" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tetapi, rasa bersyukur untuk setahun yang telah dilewati, tahun 2016, itu wajib. Setahun itu tidak lama. 360 hari itu sangat sedikit. Rasa-rasanya begitu. Pada hari-hari yang telah pergi itu, ada peristiwa-peristiwa hidup yang terjalani: baik yang berujung bahagia maupun yang berujung kurang beruntung-gagal, sedih, air mata. Di 2016, semuanya tersedia. Tak cukup lah satu badan blog ini untuk dituliskan semuanya. Alam, ah, di penghujung tahun, hujan dia hadiahkan di bumi Nuca Lale. Yang ke Gereja pada malam Natal dan dua hari setelahnya mengeluhkan hal yang sama; hujan, basah, dingin. Untuk yang terakhir, tak perlu lah dijadikan keluhan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanpa hujan, <a href="https://victorialerrick.blogspot.co.id/2016/09/kota-ruteng-panggil-pulang.html"><b>Ruteng tetaplah dingin</b></a>. Kabar baiknya Natal ternyata bukan hanya perayaan Gereja di Ruteng. Natal tidak hanya tentang kue-kue lezat di meja tamu. Tetapi, Natal itu senang, sukacita, damai. Bukankah saat Natal kita saling bersalaman, berjabat tangan? Itu damai. Damai sekali. Bahkan, kerap rasa bersalah itu timbul saat tidak lejong Natal di keluarga-keluarga, di kenalan, di sahabat-sahabat atau orang terkasih lainnya saat Natal itu tiba. Itu penuh damai, kan? Memunculkan rasa bersalah saja, sudah wujud keintiman kita pada kedamaian; fisik dan batin, jiwa dan raga dengan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya percaya, kedamaian saat Natal bukanlah kemunafikan. Atau sekedar ritual bersalam-salaman dengan sesama. Dia asli, tidak dibuat-buat, atau tidak berpura-pura damai demi tuntutan tradisi Natal. Di saat Natal tiba, kita bahkan mendatangi orang lain untuk menebar kedamaian. Bukan pula karena terpaksa itu dilakukan. Natal memang dilahirkan sebagai damai. Kadang, di situ saya merasa Ruteng begitu baik bagi orang-orang di dalamnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah tebar kedamaian saat Natal, ada lagi waktu lain yang lebih banyak menawarkan damai; Tahun Baru. Jelang pergantian tahun, biasanya, di rumah-rumah hening yang dihadirkan. Duduk melingkar, mata terpejam, berdoa bersama. Intinya, terimakasih untuk setahun yang telah lewat. Begitu setianya kita di Ruteng pada kedamaian. Panggilan jiwa untuk masuk ke suasana kedamaian itulah titik beratnya. Menjadi berat jika, damai di saat Natal, damai di malam tahun baru itu, kembali menjelma menjadi dengki, amarah, konflik dan berkelahi setelah tanggal baru di tahun baru tiba.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka, merawat kedamaian itu biarlah menjadi pekerjaan terus menerus. Tidak karena ritual "lejong Natal" saat Natal, atau tidak juga karena duduk rame-rame di malam tahun baru. Merawat kedamaian perlu untuk jadi pekerjaan terus menerus; saban hari, saban bulan, hingga menemukan Natal-Natal dan banyak malam tahun baru lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selamat Natal 25 Des 2016, Selamat Tahun Baru 2017. Tuhan Menyertai kita semua. Amin</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02814876240163406893noreply@blogger.com0Ruteng, Watu, Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Tim., Indonesia-8.6143650000000012 120.466499-34.1363995 79.157905 16.907669499999997 161.775093tag:blogger.com,1999:blog-6890525117360192447.post-26982382484533959772016-11-09T05:09:00.001-08:002017-09-28T19:54:48.084-07:00"Peraih Nobel Fisika 2016" dan Diskusi Fisika<br />
<div style="text-align: justify;">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b><a href="https://2.bp.blogspot.com/-AJIIQqkTOZM/Wc214yAvuYI/AAAAAAAAA7Q/uQblyQCh8T0ofK1tvBFzVN79bqPBCaLxwCLcBGAs/s1600/Peraih%2BNobel%2BFisika%2BTahun%2B2016.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt=""Peraih Nobel Fisika 2016" dan Diskusi Fisika" border="0" data-original-height="600" data-original-width="700" src="https://2.bp.blogspot.com/-AJIIQqkTOZM/Wc214yAvuYI/AAAAAAAAA7Q/uQblyQCh8T0ofK1tvBFzVN79bqPBCaLxwCLcBGAs/s1600/Peraih%2BNobel%2BFisika%2BTahun%2B2016.jpg" title=""Peraih Nobel Fisika 2016" dan Diskusi Fisika" /></a></b></div>
<br />
<br />
<a href="http://victorialerrick.blogspot.co.id/p/ruteng-manggarai.html" target="_blank"><b>Jalan di Ruteng</b></a> masih basah. Hujan baru saja reda, setelah sejak semalam mengguyur. Saya duduk di ruang makan, sendiri, menikmati keriuhan keponakan yang sedang bermain. Ada teh manis di meja. Masih hangat. Ada juga beberapa potong <b><i>Cucur</i></b> di piring putih, persis di samping gelas teh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari samping rumah, saya mendengar ada suara memanggil. Lita datang lewat samping rumah, hendak masuk lewat pintu belakang. Hal yang memang telah menjadi kebiasaan Lita jika berkunjung ke rumah, sejak masa kecil. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lita bukan orang baru di rumah kami. Dia sudah sering datang ke rumah sejak kami, dia dan saya duduk di bangku SD.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mata saya tertuju ke pintu. Mau tahu, Lita bawa apa. Biasanya dia bawa pucuk labu. Kadang-kadang, dia juga bawa picai yang dipetik langsung dari kebun mereka di belakang rumah. Tetapi kayaknya, kali ini dia tidak bawa buah atau sayuran. Kali ini dia bawa Koran. <b>Harian Umum Kompas</b>. Dia lalu lebih dahulu menyapa, setelah satu langkahnya melewati pintu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“<i>Oe</i>..kau ada buat apa?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ada duduk-duduk saja <i>e</i>. Kau datang dari?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Dari sekolah. Kami ada kegiatan sore”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kau tidak bawa sayur lagi, kah?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“<i>Aeh</i>, itu kau sudah. Tidak mungkin saya bawa pucuk labu ke sekolah. Bikin malu”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami tertawa. Kami senang karena kebiasaan dan gaya komunikasi sejak masa kecil tidak berubah. Diksi dan penekanan pada tiap katanya juga tidak ada yang berbeda. <i>“Kau datang dari?”</i> yang maksudnya <i>“Kamu dari mana?”</i>. <i>“Kau ada buat apa?”</i> maksudnya <i>“Kamu sedang apa?”</i> atau <i>“What are you doing?”</i> dalam Bahasa Inggris. Begitu lah kami sejak kecil. Akrab, dekat, bersahabat dan saling mengunjungi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kau sudah baca ini?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Memangnya apa itu?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Koran. Tapi bagus <i>diap</i> isi <i>e</i>. Ada berita Peraih Nobel Fisika 2016 ”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kah? <i>Mana de</i>?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya buka lembar demi lembar Koran yang Lita bawa. Di halaman belakang, di kolom sosok, tampak tulisan berjudul Pembuka Rahasia Materi ”Eksotis.” Tulisan itu cukup panjang, selayaknya artikel <b>Kompas</b> pada umumnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“<i>Ole</i>, ini yang mereka bahas Minggu lalu e”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Siapa? Kau mengerti Fisika memangnya <i>kah</i>?” ujar Lita dengan sedikit tersenyum. Dia menyindir. Dia tahu betul, saya memang bukan peminat dunia ilmu eksakta, seperti Matematika, Kimia dan Fisika. Di kelas III SMA, saya memilih jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya tak menghiraukan komentar-komentar sinisnya. Pikiran saya langsung lari ke diskusi di group <i>diskusi online</i> yang semua anggotanya adalah guru, dari tingkat SD sampai SMA. Minus dosen.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dua minggu lalu, ada seorang anggota group yang menanyakan peraih Nobel Fisika tahun 2016. Dia memang guru Fisika di sebuah Sekolah Menengah Pertama (SMP). Namun, hingga tiga hari setelah pertanyaan itu ditebarkan di group, ia tidak kunjung mendapatkan jawaban. Tidak ada seorang pun yang merespon dan memberi jawaban.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seminggu setelahnya, group itu kembali ramai postingan. Diawali dengan gambar kutipan kata-kata bijak, ayat-ayat kitab suci, dan meme-meme lucu dan diakhiri dengan saling menanyakan kabar di tempat masing-masing.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Entahlah.<i> Group</i> itu seperti sekedar tempat berkumpul di dunia maya dan saling menanyakan kabar. Hanya sampai di situ. Jarang sekali ada diskusi tentang pendidikan atau persekolahan. Padahal, semua di group itu adalah pengajar dan pendidik. Bagian dari keluasan wawasan para guru zaman sekarang? <i>Ehhem..</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pun jika ramai, lagi-lagi, tidak ramai karena membahas tema pendidikan: tingkat dasar dan perguruan tinggi, atau soal motivasi belajar siswa yang saban hari kami didik, perubahan kurikulum, atau soal pergantian menteri pendidikan. Kebanyakan, masih tentang saling menyapa dan menciptakan kelucuan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekali waktu, ramai riuh diskusinya tentang satu tema; Ahok. Silang pendapat dan puja-puji politik Ahok berseliweran di group itu. Sumber-sumber bacaan mereka dibagikan di group, yang tentunya, tak ada satu pun yang membacanya. Foto, apalagi. Banyak sekali yang dibagikan. Agama, sudah pasti dilibatkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sampai jam makan siang, diskusi itu masih tetap ramai dengan tema #PilkadaDKIJakarta. Rasa-rasanya, group itu sudah seperti group analisis pilkada Jakarta versi guru.<i> Bukti kehebatan analisis?</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ujaran kebencian tentu juga berhamburan di group. Tentu itu soal agama, yang kini tengah menjadi perhiasan utama Pilkada DKI Jakarta menyusul adanya dugaan ‘penistaan agama’ yang dilakukan oleh <b>Basuki Tjahaja Purnama</b>, kandidat petahana Pilkada DKI Jakarta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diskusi juga menyerempet hingga ke urusan si pemakai <i>Topi Songke</i> pada aksi ormas Islam di Jakarta. Mayoritas anggota group melihat adanya pelanggaran budaya dalam pengenaan <b><i>Topi Songke</i></b> oleh si peserta aksi. <i>Pelanggaran budaya adalah?</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hingga akhir diskusi, pertanyaan itu tidak dijawab dengan objektif atau berdasarkan penjelasan ahli budaya. Jawaban yang dimunculkan tidak lebih dari sekedar berasumsi. <a href="http://victorialerrick.blogspot.co.id/2016/10/paradoks-media-sosial.html" target="_blank">Asumsinya pun negatif</a>. <i>Hellooo?</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkinkah ada yang-karena tidak mengenal Ahok dan tidak pernah mau tahu tentang urusan agama orang lain-akan tersinggung? Group itu sama sekali tak mempertimbangkan hal itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Ah,</i> sudahlah. Tidak perlu dilanjutkan. Yang jelas, saya baru saja mengantongi jawaban yang akan saya tulis di group itu untuk menjawab pertanyaan tak terjawab pekan lalu. Tentang <b>Peraih Nobel Fisika 2016</b>. Meskipun, informasi yang akan saya bagikan nanti tidak memenuhi syarat sebagai berita (<i>news</i>)- kebaruan-sebagaimana yang dulu dijelaskan oleh seorang "teman lama."</div>
<br />
<h3>
Peraih Nobel Fisika 2016</h3>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://www.nobelprize.org/nobel_prizes/physics/laureates/2016/" target="_blank"><b>Peraih Nobel dalam bidang Fisika (<i>Physics</i>)</b></a> tahun 2016 adalah David James Thouless, Frederick Duncan Michael Haldane dan John Michael Kosterlitz. Dalam konferensi pers <b>Komite Nobel di Swedia</b>, Selasa (04/10/2016), disebutkan bahwa ketiga ilmuwan tersebut telah membantu masyarakat dunia dalam 'membuka pintu ke dunia yang tidak diketahui,’ seperti yang dilansir BBC;<a href="http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2016/10/161004_majalah_nobel_fisika" target="_blank"> <i>Nobel Fisika dianugerahkan kepada tiga ilmuwan asal Inggris.</i></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketiga ilmuwan kelahiran Inggris itu berhasil membuka rahasia sifat-sifat fisika pada materi yang amat tipis atau berbentuk benang. Thouless mendapatkan penghargaan lebih besar karena dia memberikan kontribusi pada dua hal yang menentukan, yaitu soal transisi fase-fase dan fase-fase materi (Kompas Cetak, 06 Oktober 2016).</div>
<style>.embed-container { position: relative; padding-bottom: 56.25%; height: 0; overflow: hidden; max-width: 100%; } .embed-container iframe, .embed-container object, .embed-container embed { position: absolute; top: 0; left: 0; width: 100%; height: 100%; }</style><br />
<div class="embed-container">
<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" src="https://www.youtube.com/embed/9qpoBG5hy-A"></iframe></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<b><a href="http://www.nobelprize.org/nobel_prizes/physics/laureates/2016/thouless-facts.html" target="_blank">David J. Thouless</a></b> adalah peneliti kelahiran Bearsden, Inggris, 21 September 1934. Ia adalah seorang profesor emeritus pada University of Washington, Amerika Serikat, dan telah kembali ke Inggris. Thouless mendapatkan penghargaan lebih besar dalam penilaian <b>Nobel Prize 2016</b> karena dia memberikan kontribusi pada dua hal yang menentukan, yaitu soal transisi fase-fase dan fase-fase materi, dalam <i>“for theoretical discoveries of topological phase transitions and topological phases of matter.”</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan, <b><a href="http://www.nobelprize.org/nobel_prizes/physics/laureates/2016/haldane-facts.html" target="_blank">Frederick Duncan Michael Haldane</a></b> lahir di London, 14 September 1951 adalah seorang profesor di Princeton University, Amerika. Dan <b><a href="http://www.nobelprize.org/nobel_prizes/physics/laureates/2016/kosterlitz-facts.html" target="_blank">John Michael Kosterlitz</a></b> adalah seorang professor fisika di Brown University, Amerika.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam dokumen penjelasan pada laman resmi <b>nobelprize.org</b>, dijelaskan bahwa <i>“David Thouless, Duncan Haldane, and Michael Kosterlitz have used advanced mathematical methods to explain strange phenomena in unusual phases (or states) of matter, such as superconductors, superfluids or thin magnetic films. Kosterlitz and Thouless have studied phenomena that arise in a flat world – on surfaces or inside extremely thin layers that can be considered two-dimensional, compared to the three dimensions (length, width and height) with which reality is usually described. Haldane has also studied matter that forms threads so thin they can be considered one-dimensional.”</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Kompas </b>menulis, dengan menggunakan topologi, ketiga fisikawan itu mendapatkan hasil yang mengejutkan yang memicu penelitian-penelitian lanjutan. Topologi menjelaskan sifat-sifat yang tetap sama ketika sebuah obyek berubah bentuk dengan ditekan, dibengkokkan, atau dipuntir, tetapi bukan saat obyek pecah. Secara topologi, sebuah bola dan mangkuk memiliki kategori yang sama karena yang satu bisa berubah bentuk menjadi bentuk lain.</div>
<br />
<h3>
Diskusi Fisika</h3>
<div style="text-align: justify;">
Saya seorang guru, namun tidak cukup ilmu untuk membahas ilmu fisika melalui blog sederhana ini. Penyesalan tentu ada. Saat di sekolah (dari tingkat dasar hingga di perguruan tinggi), minim sekali minat untuk mempelajari atau menggeluti dunia ilmu eksakta. Hasilnya, ya sekarang. Harus berusaha keras untuk mendalami setiap tulisan beraroma eksakta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tetapi, begini. Ini beberapa pertanyaan yang saya tulis usai membaca berkali-kali (karena tidak paham tentunya) tulisan di Koran yang Lita bawa sore itu. Mari tengok media sosial kita, orang Manggarai.<i> Berapa banyak group diskusi online yang dibuat untuk membahas topik pendidikan? Tentang Fisika, berapa banyak? Tentang Matematika, berapa banyak? Tentang Kimia, berapa banyak? </i>Lalu<i>, ada berapa banyak komunitas yang fokus membahas ilmu eksakta?</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rata-rata, <a href="http://victorialerrick.blogspot.co.id/2016/11/radiogram-untuk-tuhan.html" target="_blank">komunitas diskusi online</a> itu adalah komunitas diskusi politik. Politik pemilu, politik pembangunan, promosi calon kepala daerah dan calon anggota legislatif. Silang pendapat di dalamnya juga seru, sama serunya dengan diskusi di group diskusi yang saya ikuti di atas: ramai diskusinya, sepi kontribusi bagi pendidikannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tentang Peraih Nobel Fisika 2016 itu, <i>apakah pernah ini menjadi diskusi serius di kalangan pendidik dan pengajar dan di kalangan siswa SMA jurusan IPA?</i> Firasat saya, <i>ehhem</i>, informatif saja yang didapat. <i><b>Soal siapa meraih apa</b></i>. Keutuhan penjelasannya akan dijadikan tugas peserta didik, di luar kelas. <i>Mereka mencari? </i><br />
<br />
Demikian pula blog ini. juga tidak bisa membahas keutuhan penjelasan di balik peraihan Nobel Fisika 2016 karena buta bahasa Fisika.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Nota</b>: <i>Penjelasan yang ditulis utuh dalam Bahasa Inggris sengaja dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam menerjemahkan penjelasan sebenarnya tentang karya ketiga peraih Nobel Fisika 2016. Jujur, saya bukan guru Bahasa Inggris. Salom</i></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02814876240163406893noreply@blogger.com0Ruteng, Watu, Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Tim., Indonesia-8.6143650000000012 120.466499-34.1363995 79.157905 16.907669499999997 161.775093tag:blogger.com,1999:blog-6890525117360192447.post-81059731366274990592016-11-05T02:25:00.002-07:002016-11-08T10:31:45.417-08:00Radiogram untuk Tuhan<div style="text-align: justify;">
Jauh di Amerika sana, sedang terjadi keseruan <b>#PilpresAmerika</b> antara <b>Donald Trump</b> dan <b>Hillary Clinton</b>. Perdebatan dan kampanye keduanya selama ini sudah seperti perang terbuka: saling menyerang secara terbuka di medan terbuka dengan senjata pemungkas masing-masing. Kata-katanya, aduh mama sayang e, mulai dari tuduhan sampai hujatan dilontarkan di muka umum. Saya senang, karena mereka blak-blakan tentang kepentingan mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan begitu, rakyat Amerika bisa lebih tahu watak, karakter, kemampuan dan kepentingan dua kandidat yang tampil itu. Tetapi, di Amerika, itu sudah biasa. Sepedis apapun kata-kata yang diungkapkan, mereka menerimanya sebagai bagian dari ujaran politik <a href="http://victorialerrick.blogspot.co.id/2016/10/negara-negara-ini-tidak-nyaman-bagi-perempuan.html" target="_blank">mendayung dukungan dan simpati</a>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di Indonesia, perdebatan politik seterbuka Amerika itu tidak sering dijumpai saat pemilu. Ada saja alasan untuk tidak terjadi perdebatan seperti itu. Bisa jadi karena kandidat-kandidat presiden di Indonesia pintar membungkus kecaman, ujaran kebencian, tuduhan, fitnah dengan kata-kata manis(?) Atau mungkin karena aturan kampanye di Indonesia mewajibkan kita untuk sopan meski berbohong? Atau, <i>oh iya</i>, kandidat-kandidat presiden di Indonesia adalah komunikator politik yang hebat menyematkan kepentingan politiknya di tiap jengkal kalimat dan kata yang diucapkan? Membungkus kemunafikan dengan kata-kata manis?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Silahkan menambah daftar pertanyaan, sekaligus jawabannya jika ada kesempatan membandingkan kandidat Pilpres di Amerika dan di Indoensia. Hanya saja, yang jelas, di dunia politik Indonesia, para politisi-nya sangat hebat dalam menyembunyikan misteri politiknya lewat kata-kata bijak, kata-kata motivatif dan inspiratif. Susah sekali bagi politisi di Tanah Air untuk mengatakan fakta sebenarnya, atau yang orang bilang “bicara apa adanya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://2.bp.blogspot.com/-1FyeMU4ih1Q/WB2kY_JBQVI/AAAAAAAAA24/7M49tumpUtYdjSsDXkGJ3zc1vxqJ7-RwACLcB/s1600/Radiogram%2BTuhan.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Radiogram untuk Tuhan" border="0" src="https://2.bp.blogspot.com/-1FyeMU4ih1Q/WB2kY_JBQVI/AAAAAAAAA24/7M49tumpUtYdjSsDXkGJ3zc1vxqJ7-RwACLcB/s1600/Radiogram%2BTuhan.jpg" title="Radiogram untuk Tuhan" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Photo: QSL. net</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Tentang keseruan tadi, di Amerika konsentrasi rakyatnya tertuju pada keseruan Pilpres. Sementara, di Indonesia, konsentrasi rakyatnya masih tertuju pada keseruan tema <b>A G A M A</b>. Ya. Lihat saja di beranda media sosial <i>orang-orang itu</i>. Tema utamanya hanya berkaitan dengan urusan Agama, Tuhan dan Kitab Suci. Mulai dari caci maki hinga puji-pujian, tumpah ruah di beranda media sosial.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di<a href="http://victorialerrick.blogspot.co.id/p/ruteng-manggarai.html" target="_blank"><b> kota kecil</b></a> ini, keseruan itu juga bergulir di banyak ruang diskusi publik. Baik yang digelar secara formal maupun ruang diskusi informal: santai, tidak terencana, tidak sengaja terjadi. Rata-rata, berangkat dari kecemasan, kekhawatiran, kekalutan yang dalam. <a href="http://victorialerrick.blogspot.co.id/2016/10/paradoks-media-sosial.html" target="_blank"><b>Media sosial</b></a> pun jadi media utama pelampiasan berbagai kecemasan yang berujung caci maki itu. Apalagi di group-group diskusi <i>online</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Apakah <b><a href="http://victorialerrick.blogspot.co.id/2016/11/menghakimi-tuan-raja.html" target="_blank">Tuhan mendengarkan</a></b> diskusi-diskusi itu? Kata iklan, <b><i>may be yes, may be no</i>!</b> <i>Feeling</i> saya mengatakan Tuhan tidak mau mendengar. Tetapi, sudahlah. Yang menganggap diskusi-diskusi seperti itu berguna, tentu akan terus diminati, diikuti dan dilakukan. Kami, beberapa teman dan saya, yang tidak doyan dengan tema diskusi itu akan tetap menghormati ketertarikan tema yang cukup membosankan itu.<br />
<br /></div>
Tetapi, pagi kemarin, ada ide yang tiba- tiba muncul, <b><i>cling</i></b> di kepala. Tentang radiogram untuk Tuhan.<i> Bagaimana jika semua bahan diskusi seru tentang agamamu dan agamaku itu dituliskan pada sebuah kertas putih, lalu dikirimkan ke radio lokal terdekat, dijadikan Radiogram untuk Tuhan?</i><br />
<br />
Dengan pengandaian begini: kalau menggunakan media sosial, <i><b>facebook</b></i> misalnya, kita bisa saja dianggap pengguna palsu. Lazimnya, dicap akun palsu. Atau, kalau pakai <b><i>twitter</i></b>, akan dianggap sebagai <b><i>buzzer</i></b> politik.<br />
<br />
Agar jauh dari kecaman-kecaman tak berdasar itu nantinya, sebaiknya kita gunakan cara yang sederhana: Radiogram untuk Tuhan. Isi radiogramnya juga tak perlu terlalu panjang;<br />
<br />
<b>Dari</b>: Molas Hombel, dan kawan-kawan<br />
<b>Untuk</b>: Tuhan, di mana saja Kau berada<br />
<b>Isi</b>:<br />
<i>Tuhan, agamaMU apa?</i><br />
<i>Jika kita seagama, haruskah Kau kubela?</i><br />
<i>Apakah Kau pernah menghakimi pemeluk agama yang tak seagama denganMU?</i><br />
<i>Terimakasih, Tuhan</i><br />
<br />
Radiogram singkat ini bisa secara langsung dikirimkan ke Stasiun Radio terdekat untuk dibacakan. <i>Adakah Tuhan akan mendengar?</i>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02814876240163406893noreply@blogger.com0Ruteng, Watu, Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Tim., Indonesia-8.6143650000000012 120.466499-34.1363995 79.157905 16.907669499999997 161.775093tag:blogger.com,1999:blog-6890525117360192447.post-65560849734209653782016-11-03T09:14:00.001-07:002016-11-11T05:37:48.042-08:00Menghakimi Tuan Raja<div style="text-align: justify;">
Di luar, hari masih gelap. Masih berat bagi seorang Meliyah memindahkan tubuhnya dari tempat tidur, bangun dan pergi. Dia tahu, pun jika ia telat, jalanan hari itu akan sepi. Akan ada aksi besar-besaran di tengah kota hari itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Biasanya, jika ada demonstrasi di tengah kota, polisi akan mengalihkan arus lalu lintas agar tetap lancar. Dia tidak akan terlambat bekerja hari itu.</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://2.bp.blogspot.com/-R3di_8xLIY8/WBthKpcMOYI/AAAAAAAAA2Y/DRyMmTS8ZbYwqHyl7zplaPCY8fGVqAh1gCLcB/s1600/Unsplash%2BPhoto%2BMolas%2BHombel.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Menghakimi Tuan Raja" border="0" src="https://2.bp.blogspot.com/-R3di_8xLIY8/WBthKpcMOYI/AAAAAAAAA2Y/DRyMmTS8ZbYwqHyl7zplaPCY8fGVqAh1gCLcB/s1600/Unsplash%2BPhoto%2BMolas%2BHombel.jpg" title="Menghakimi Tuan Raja" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Photo: Unsplash Photo</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Meliyah lahir-besar di sana, di kota yang tak pernah berkurang kesemrawutannya itu. Saat ia duduk di bangku SMP, ia pernah mengukir kegelisahannya tentang kota kelahiranya itu dalam Cerpen; <i>“Kota Bikin Susah!”</i> Cerpen itu membuatnya terkenal, karena selain dipajang di majalah dinding sekolah-membawahi barisan cerpen kakak kelasnya-juga dimuat di sebuah Koran ternama di kota berpenghuni 200.000 jiwa itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kak, tukang buburnya di depan,” sahut Lintang, adiknya, dari luar pintu yang setengah menganga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setalah menyahut, Lintang berlalu. Pergi kembali ke kamarnya. Di tangannya ada semangkok bubur ayam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meliyah masih belum beranjak. Tubuhnya masih kaku di atas kasur. Matanya masih ditutup rapat. Ia hanya menunggu pagi tiba. Terang, panas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Mari, bapak dan ibu sekalian, kita ikut aksi di depan istana <i>Tuan Raja</i> hari ini. Kita kecam perilaku <i>Tuan Raja</i> yang sombong itu. Mari Bapak Ibu, hari ini kita seret <i>Tuan Raja</i> iblis itu ke jalanan!” berulang kali, suara itu menggelegar dari halaman kompleks, kawasan perumahan tempat tinggal Meliyah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain suara pembicara yang amat keras, volume dari alat pengeras suaranya juga sangat tinggi. Suara itu menggangu warga di kompleks tempat tinggal Meliyah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak sedikit yang keluar rumah. Ibu-ibu lanjut usia ikut mengintip dari balik pagar. Hanya mengintip. Diam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suara itu makin keras. Meliyah bangkit, menengok keluar lewat jendela kamar. Persis di depan rumahnya, orang-orang itu berhenti. Ada yang duduk di jalan, ada yang berdiri, di pandu oleh sebuah mobil pick up berwarna hijau.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meliyah tahu, orang-orang itu adalah demonstran yang akan melakukan aksi demonstrasi di depan istana <i>Tuan Raja</i>, pemimpin kota mereka, hari itu. Sejak dahulu, orang-orang itu dikenal bandel membayar pajak. Mereka menolak pungutan pajak oleh penguasa di kota itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tentang pajak, seperti sudah jadi tradisi kota ini. Aku sedih.” Sahut Lintang dari kamar sebelah.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Tak usah digubris. Mereka hanya sedang menyampaikan pendapat.” Jawab Meliyah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meliyah keluar kamarnya dan menghampiri Lintang. Aroma bubur ayam di tangan Lintang memanggilnya.
“Mereka kalau digubris akan semakin menjadi-jadi. Jadi, kita biarkan saja” kata Meliyah sambil meliuk-liukan sendok di dalam mangkok bubur ayam di tangan Lintang. Lintang, adik satu-satunya itu, baru menghabiskan setengah mangkok bubur ayamnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Pendapat? Mereka tidak hanya menuntut penghapusan pajak. Mereka juga menuduh <i>Tuan Raja </i>sebagai keturunan monyet” pungkas Lintang</div>
<div style="text-align: justify;">
“Oh, ya?” Meliyah menanyakan itu terburu-buru dengan bibir yang masih bergerak kepanasan setalah setengah sendok bubur ayam masuk ke mulutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Di kampusku, kami pernah menggelar diskusi tentang kelompok ini. Seorang sosiolog pernah melakukan penelitian tentang kelompok ini. Dari penelitian itu lah aku tahu kalau mereka tidak hanya menuntut penghapusan pajak. Mereka juga menuding <i>Tuan Raja</i> keturunan monyet. Bukan manusia” Lintang bercerita kepada kakaknya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lintang melanjutkan, “Temanku juga membenarkan. Dia juga mengatakan hal yang sama. Ayahnya pernah bergabung dengan kelompok ini, tetapi keluar lagi karena terkena <i>Liver</i>. Katanya, di sana tidak pernah ada pembahasan dan kajian tentang pajak. Mereka juga tak dibekali panduan atau referensi khusus tentang pajak”<br />
“Lalu?” Meliyah menyela.<br />
“Lalu, ya, begitu lah. Hampir pasti, setiap hari ada sembahyang bersama, dan makan bersama. Saat berdoa, mereka melantunkan doa-doa agar <i>Tuan Raja</i> cepat <i>enyah</i> dari muka bumi, karena dianggap titipan setan” Ujar Lintang</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bubur di mangkok belum habis. Sudah dingin pula, karena telah berkali-kali dijedahi bait-bait obrolan. Di depan rumah, suara orang-orang tadi masih menggelegar bunyinya. Sebagian yang tadinya duduk di jalan, kini berdiri sambil meneriakkan <i>yel-yel</i>, <i><b>“Turunkan Raja Setan. Basmi Raja Keturunan Setan.”</b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Telinga Meliyah dan adiknya harus bekerja keras; mendengar lawan bicara di depan muka, dan menerima teriakan dari kelompok berbusana jingga itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ini namanya menghakimi Raja. Bukan menuntut penghapusan pajak,” ucap Meliyah</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku juga berpikir demikian, ‘Kak. Aku tahu alasan penghakiman ini. Kata temanku, mere…”</div>
<div style="text-align: justify;">
“<i>Ssstt..Stop</i>. Sebentar!” Meliyah menghentikan pembicaraan adiknya. Pandangannya tertuju pada kerumunan massa. “Ini bagian pentingnya. Kita dengarkan dulu.” Kata Meliyah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ibu dan Bapak sekalian, kami perlu membicarakan secara terang benderang di jalan ini. Hari ini kami akan menggelar demonstrasi besar-besaran di istana. Kami muak dengan <i>Tuan Raja</i>. Dia adalah titipan setan. Dia manusia berjiwa iblis. Istrinya adalah hantu, anak-anaknya itu anak iblis. Mengapa demikian? Anggota kelompok kami akan menjelaskannya kepada bapak dan ibu sekalian” teriak seorang wanita, tinggi, yang tengah berdiri di atas mobil. Suaranya sangat keras.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah dia mengatakan hal itu, tampak seorang pemuda dari barisan orang-orang itu maju, berdiri tepat di samping wanita itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kami mendapatkan bukti-bukti otentik bahwa <i>Tuan Raja</i> kita adalah seorang iblis. Setan. Kami pernah melihat dia ke sebuah gedung tua di sudut kota bersama istri dan kedua anaknya. Di depan gedung itu ada menara lonceng. Mereka masuk ke sana, dan menyanyikan doa-doa setan. Mereka berlutut, seperti menyembah makluk gaib saat lonceng dibunyikan. Ada banyak orang yang yang bersama mereka. Orang-orang itu adalah setan. Kami tidak asal bicara, Bapak Ibu sekalian. Kami memiliki <a href="http://victorialerrick.blogspot.co.id/2016/09/alicia-vikander-di-molas-hombel.html">sejumlah bukti</a> bahwa <i>Tuan Raja</i> adalah titipan setan. Iblis. Betul saudara-saudara?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Betuuuuul.” teriak orang-orang yang berbaris, sambil mengangkat tangan kiri yang mengepal.<br />
<br />
Tak lama setelah pidato singkat pemuda itu, kerumunan orang-orang itu lalu bergegas pergi, berjalan keluar kompleks perumahan itu sambil terus meneriakkan <i>yel-yel</i>. Salah satunya, <b><i>“Turunkan Raja Setan. Kami tak mau Dipimpin Iblis!”</i></b> Warga yang tadi mengintip dari balik pagar kembali ke rumah masing-masing. Tapi tak ada yang berkomentar, atau ikut berteriak menyahut yel-yel barisan orang-orang itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Benar. Ini namanya menghakimi Tuan Raja. Bukan tuntuan penghapusan pajak. Saya tak percaya sama sekali jika kepentingan utama mereka adalah penghapusan pajak di Kota ini. Ini subyektif. Menyerang pribadi” Ujar Meliyah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meliyah teringat selembar kertas selebaran yang berisikan sejumlah penjelasan tentang pajak yang didapatkannya beberapa hari yang lalu. Di jalan, saat ia menunggu lampu hijau menyala di simpang empat di depan istana Raja, ia mendapati beberapa remaja tengah membagikan selembar kertas. Seperti sebuah materi kampanye.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada penjelasan tentang pajak dan beberapa perilaku <i>Tuan Raja</i>, pemimpin kota. Ada juga penjelasan tentang asal usul <i>Tuan Raja</i> di dalamnya. Meliyah juga mendapat jatah selembar. Ia menceritakan hal itu kepada adiknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kertas itu tidak menjelaskan tentang gedung bermenara lonceng di halamannya. Tidak sama sekali. Di dalamnya lebih banyak berisi seruan agar rakyat se-kota ini tidak menghendaki Tuan Raja memimpin lagi” Meliyah berkisah kepada adiknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku semakin curiga, mereka ini adalah orang-orang bayaran pihak tertentu, Kak” Ujar Lintang, tiba-tiba.<br></div>
<div style="text-align: justify;">
“Bayaran? Orang-orang bayaran?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya"<br>
"Siapa yang berniat membayar mereka yang jumlahnya sebanyak ini?”<br></div>
<div style="text-align: justify;">
“Mungkin saja saudagar-saudagar di kota, Kak. Mereka ingin menduduki istana agar bisnis gelap mereka berjalan mulus di kota kita”<br></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sulit dibuktikan. Tetapi, bisa jadi benar. Dosenku dulu pernah bilang, aktor intelektual setiap konflik selalu menyembunyikan dirinya agar tak ketahuan. <i>Tuan Raja</i> dalam bahaya?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Tidak juga, Kak. Warga kota masih bersimpatik pada kepemimpinan <i>Tuan Raja</i>”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah percakapan itu, Meliyah kembali ke kamarnya. Di luar, matahari kian tinggi. Pertanda sudah hampir siang. Meliyah harus segera berangkat ke tempat ia bekerja.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02814876240163406893noreply@blogger.com0Ruteng, Watu, Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Tim., Indonesia-8.6143650000000012 120.466499-34.1363995 79.157905 16.907669499999997 161.775093tag:blogger.com,1999:blog-6890525117360192447.post-46270220021245401502016-10-28T08:51:00.001-07:002016-11-09T08:57:03.188-08:00Mentradisikan Kebersihan Lingkungan<div style="text-align: justify;">
Kampanye kebersihan lingkungan adalah jenis kampanye yang bertujuan mengajak dan mempengaruhi sekolompok orang untuk bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan atau sebuah wilayah. Kampanye kebersihan dilandasi oleh semangat mencintai dan merawat lingkungan di sebuah wilayah. Kampanye kebersihan tentu mudah dilakukan. Berbagai cara tersedia. Apalagi jika menggunakan teknologi. Tentu mudah. Cepat pula. Yang paling susah, khususnya di Manggarai adalah <b>Mentradisikan Kebersihan Lingkungan.</b> <i>Begitu kah</i>?<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://2.bp.blogspot.com/-zReaEq3jLjQ/WBNyO8d5sfI/AAAAAAAAA1I/VQb-yT6J0d4VNe4OpqwXDfP5_kFWW6bpwCLcB/s1600/Panglipuran.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Mentradisikan Kebersihan Lingkungan" border="0" src="https://2.bp.blogspot.com/-zReaEq3jLjQ/WBNyO8d5sfI/AAAAAAAAA1I/VQb-yT6J0d4VNe4OpqwXDfP5_kFWW6bpwCLcB/s1600/Panglipuran.jpg" title="Mentradisikan Kebersihan Lingkungan" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Image: Andimozza (Instagram)</td></tr>
</tbody></table>
Di suatu siang, di dalam angkot menuju tempat kerja, saya duduk di samping seorang penumpang. Lelaki. Tampan. Dia hendak ke sebuah kantor pemerintahan yang jaraknya kira-kira 100 meter dari tempat saya bekerja. Di tangannya dia memegang gulungan sebuah majalah. <i>Cover</i> yang sedikit terang membuatku tahu itu <b>Majalah Tempo</b>.<br />
<br />
“Itu <i>Tempo</i> kah, <i>Kae</i>?” Saya tak sungkan lagi bertanya. PeDe (baca: percaya diri)<br />
“Iya <i>e</i>. Edisi seminggu lalu. Sudah lama” jawabnya.<br />
“Saya bisa pinjam, <i>Kae</i>? Sudah lama tidak baca Tempo.” Saya bertanya lagi.<br />
<br />
Pemuda tampan itu tak langsung menjawab. Dia menatapku sejenak, sambil tersenyum. Sepintas, saya ragu dia akan meminjamkan majalah yang digenggamnya itu. Tetapi, yang pasti saya sudah menyampaikan permintaan dengan jujur. Yang saya tahu, untuk belajar, kita harus berani untuk tidak malu meminta yang perlu dipelajari. Malu? Tidak juga. Saya hanya ingin membaca.<br />
<br />
“Baik sudah. Tidak apa-apa. Kebetulan, saya sudah baca edisi ini. Suka <i>Tempo</i> kah?” lelaki itu menyahut.<br />
“<i>Aeh</i>, <i>Ka’e</i>, itu sudah e. Mau <i>browsing</i> di <i>hp</i> juga <i>tau</i> saja jaringan lemot begini” <br />
“Baik sudah, <i>Enu</i>. Tidak apa-apa” Lelaki itu menjawab sambil memberikan gulungan majalah tempo yang tadi digenggamnya.<br />
<br />
Ok. <i>Fix</i>. Saya dapatkan <b>Majalah Tempo</b> pagi itu. Saya senang. Selain karena daftar bacaan saya bertambah, saya juga bisa punya tambahan referensi untuk menulis. Saya percaya, giat menulis tanpa giat membaca adalah nihil. Omong kosong. Itu kata guru saya waktu Sekolah Dasar.<br />
<br />
Majalah Tempo yang saya terima pagi itu adalah Majalah Tempo edisi 1-7 Agustus 2016. Covernya bertuliskan “Setelah Dia Kembali,” dengan gambar ilustrasi seorang wanita yang baru saja diangkut <b>Presiden Joko Widodo</b> masuk kabinet saat reshuffle kemarin; Sri Mulyani Indrawati. Melihat covernya, saya mulai menerka; jangan-jangan edisi kali ini Tempo akan membahas secara detail tentang Sri Mulyani Indrawati. Sudahlah. Saya tak harus membukanya di dalam angkot, <i>kan</i>?<br />
<br />
Di tempat kerja, saya mulai membaca majalah itu. Gulungannya dibiarkan melebar, bentuknya kembali normal. Perlahan, helai demi helai dalam majalah itu dibuka. Karena saya tidak suka membaca artikel politik, maka halaman berita politik pun dilewatkan. Termasuk artikel pembuka majalah itu yang membentangkan kisah kembalinya Sri Mulyani Indrawati ke kabinet.<br />
<br />
Mata saya tertanam di 50 majalah itu. Ada tulisan “Panglipuran, Keasrian dan Awig-Awig” di sana. Tulisan itu menjadi pembuka artikel panjang tentan desa adat di Kabupaten Bangli, Bali yang dikenal sebagai salah satu desa terbersih di dunia. Tempo menulis, <i>“Desa yang berada di ketinggian 700 meter di atas permukaan laut itu memiliki sekitar 200 rumah tradisional yang tertata begitu rapi. Halamannya bersih tanpa sebutir sampah pun. Aneka jenis tanaman hias, seperti kembang sepatu, mawar, bugenvil, dan kamboja, menghiasi pekarangan. Udaranya segar. Tak ada kendaraan bermotor yang berlalu-lalang di desa yang dihuni masyarakat Bali Aga itu”</i><br />
<br />
Oh…ini tentang kebersihan desa. Tentang kecintaan terhadap kebersihan lingkungan. Desa. Bukan kota. Terkenal karena bersih. Bukan karena membunuh, karena perang suku, karena saling hujat, karena pembuangan bayi, atau karena narkoba. Mereka terkenal karena bersih. Sekali lagi: karena bersih. Desa itu bersih, jadi indah, orang senang berkunjung dan tinggal di sana. Hebat.
Rasa-rasanya, kalau berangkat dari bicara tentang desa, di tanah ini, Manggarai, Flores, juga banyak desanya. Sangat banyak.<br />
<br />
Pemandangan alam di setiap desa itu indah adanya. Udaranya segar nian. Setidaknya, sudah banyak yang mengakui itu. Sejenak, saya termenung. Dalam diam yang pendek, saya tiba-tiba merindukan satu, bahkan dua atau lebih desa di Manggarai juga dikabarkan seperti Panglipuran di Bali itu. Terkenal karena kebersihan dan keasrian serta budaya masyarakatnya. Bisa?<br />
<br />
Ah, begini. Bagaimana kalau Pemilihan Kepala Desa yang kini sedang dikabarkan semarak di berbagai desa di Manggarai itu dijadikan momentum terjadinya praktik kebersihan lingkungan di desa-desa di Manggarai. Apalah artinya kemeriahan, pesta dan kebisingan politik di masing-masing desa itu jika ujungnya desa itu terkenal karena praktik korupsi beras miskin (raskin)? Atau terkenal karena perselingkuhan, atau karena krisis air? Malu? Saya malu. Nama Manggarai pasti ikut bau.<br />
<br />
Desa Panglipuran itu terkenal karena hal yang sederhana dan mudah. Sekali lagi, begitu mudah mereka terkenal. Sangat mudah. Padahal, mereka bukan lah sebuah negara. Bukan pula kota metropolitan. Mereka terkenal bukan karena gedung pencakar langit. Mereka hanya punya satu: desa yang bersih. Dari kebersihan itulah desa mereka mendunia, terkenal, nyaman, aman dan jadi objek wisata pelancong dari berbagai belahan dunia.<br />
<br />
Di sana, mental merawat kebersihan adalah mental bersama. Setiap individu mentradisikan kebersihan lingkungan. Penduduknya 237 keluarga atau sekitar 1.000 jiwa. Tetapi, pengunjungnya bisa sejuta saban harinya.<br />
“Got di depan rumah-rumah penduduk juga sangat bersih. Limbah rumah tangga seperti air bekas cucian, busa sabun, dan sampo bekas mandi tidak mengalir ke saluran got, tetapi semuanya masuk septic tank yang berada di belakang rumah. Got di desa Panglipuran hanya dialiri air hujan” tulis Majalah Tempo.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://3.bp.blogspot.com/-1OUgdcDqD7M/WBNyc4K6vlI/AAAAAAAAA1M/exRKN2JdJpoxLuAU5pVK0VVB9O_oPFXwACLcB/s1600/Desa%2BPanglipuran%2BBali.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Molas Hombel Mentradisikan Kebersihan Lingkungan" border="0" src="https://3.bp.blogspot.com/-1OUgdcDqD7M/WBNyc4K6vlI/AAAAAAAAA1M/exRKN2JdJpoxLuAU5pVK0VVB9O_oPFXwACLcB/s1600/Desa%2BPanglipuran%2BBali.jpg" title="Molas Hombel Mentradisikan Kebersihan Lingkungan" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Image: Gusari Manuaba</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Di desa itu mereka juga menanam berbagai tanaman hias. Jadi, selain bersih, desa itu juga indah karena banyaknya tanaman hias yang ditanam untuk memanjakan mata warga setempat, apalagi mata pengunjung desa itu.<br />
<br />
Warga setempat memiliki kedisiplinan yang tinggi dalam menjaga dan merawat kebersihan lingkungan. Kedisiplinan itu dilegalkan. Tidak hanya ditradisikan. Mereka membuat undang-undang desa setebal 28 halaman yang isinya mewajibkan masyarakat setempat untuk menjaga kebersihan.<br />
<br />
Jadi, selain tradisi menjaga kebersihan, juga ada aturan desa yang mewajibkan masyarakat untuk menjaga kebersihan desa. Itulah awig-awig di desa itu. <b>Awig-awig</b> adalah tradisi lisan leluhur Panglipuran. Semacam aturan adat. Pada tahun 1989, tulis Tempo, <i>awig-awig</i> tersebut didokumentasikan menjadi Kitab Undang-Undang Desa Adat Panglipuran. Panglipuran menjadi desa adat sejak 1993.<br />
<br />
Mari melihat Manggarai. Di setiap desa, ada lembaga adat. Buktinya, ada <i><b>Mbaru Gendang</b></i>, ada <i><b>Tua Golo</b></i> dan <i><b>Tua Teno</b></i> di sana. Falsafah <b><i>Gendang One Lingko Pe’ang</i></b> di hampir semua desa. Sulit sekali dibantah bahwa lembaga adat dan lembaga pemerintahan desa berjalan terpisah pada kesehariannya. Secara struktur, ya, terpisah. Tetapi di luar struktur, keduanya berjalan berdampingan. Lalu, apakah kedua lembaga super kuat di sebuah desa itu tidak bisa berjalan berdampingan untuk kampanye kebersihan lingkungan? Catat: di Manggarai, persoalan di lembaga pemerintahan di tingkat desa juga sering diselesaikan di tingkat lembaga adat.<br />
<br />
Persoalan kebersihan, mulai dari perencanaan, strategi dan pelaksanaan, juga bisa dilakukan dengan kedua lembaga itu bergandengan tangan. Dengan mentradisikan kebersihan lingkungan, kita mentradisikan keindahan. Selebihnya, kita sehat, aman dan nyaman dalam kebersatuan kita dengan alam yang dititipkan sang pencipta ini. Semoga.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02814876240163406893noreply@blogger.com0Ruteng, Watu, Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Tim., Indonesia-8.6143650000000012 120.466499-34.1363995 79.157905 16.907669499999997 161.775093tag:blogger.com,1999:blog-6890525117360192447.post-40269121904420732772016-10-26T00:34:00.001-07:002016-10-26T00:34:17.200-07:00Unggah Foto Boarding Pass Bisa Berakibat Fatal<div style="text-align: justify;">
Jangan pernah <b>unggah foto <i>boarding pass</i> ke media sosial</b>. Sebab, itu bisa berakibat fatal. Dengan mengunggah foto <i>boarding pass</i> ke media sosial, sadar atau tidak, anda telah menunggah data pribadi anda yang bisa saja membuat para penjahat secara leluasa mengoperasikan berbagai tindakan kejahatan. Cerita ini didapatkan dari seorang teman baik yang bertemu dengan salah satu korban kejahatan perampokan.<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://2.bp.blogspot.com/-8nIiQ1lCBo0/WBBbykbENmI/AAAAAAAAA0s/niDyt7U7LFkaTbHsXLvt-Mf9kdPWLTTBQCLcB/s1600/Boarding%2BPass%2BMolas%2BHombel.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Boarding Pass by Morgue File" border="0" src="https://2.bp.blogspot.com/-8nIiQ1lCBo0/WBBbykbENmI/AAAAAAAAA0s/niDyt7U7LFkaTbHsXLvt-Mf9kdPWLTTBQCLcB/s1600/Boarding%2BPass%2BMolas%2BHombel.jpg" title="Boarding Pass by Morgue File" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Image: Roman Ponomarets | Getty Images</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Seorang teman baik, Dempi, bercerita tentang perjalanannya ke Kupang sebulan yang lalu. Ia mengisahkan pertemuannya dengan seorang pengusaha muda yang memiliki usaha jual beli <i>online</i>. Kepadanya, pengusaha muda itu bercerita tentang rekan bisnisnya yang menjadi korban kejahatan perampokan.<br />
<br />
Dempi dan pengusaha muda itu bertemu di dalam pesawat dalam penerbangan ke Kupang. Mereka sama-sama berangkat dari <b>Bandara Udara Frans Sales Lega, Ruteng</b>. Tujuan akhir perjalanan pengusaha itu adalah Bali. Sementara, Dempi hendak ke Kupang untuk mengikuti acara pernikahan saudarinya. Dalam perjalanan mereka saling berkenalan. Kepada Dempi, pengusaha itu mengaku baru saja menyelesaikan kunjungannya ke berbagai <b>tempat wisata di Manggarai</b>, antara lain; <b>Wae Rebo, Pantai Ketebe di Reo, Gua Liang Bua, dan Sawah Laba-Laba di Cancar</b>. Dia mengaku kagum dan bangga dengan keindahan alam dan obyek wisata di Manggarai.<br />
<br />
Sepuluh menit di udara, Dempi mengeluarkan <i>boarding pass</i>-nya yang ia kantongi di jaketnya. Dempi bermaksud menyimpannya di kantong kemejanya agar lebih gampang diambil dan tidak hilang di dalam pesawat. Meskipun, sebenarnya, selembar kertas <i>boarding pass</i> itu sudah tidak berguna lagi setelah Wempi berada di dalam pesawat.<br />
<br />
Pesawat tidak seperti kereta api. Jika anda melakukan perjalanan menggunakan kereta api, sebaiknya tiket anda tidak hilang dan disimpan di kantong atau tas yang aman. Sebab, di tengah perjalanan, petugas kereta akan memeriksa kembali tiket penumpang. Berbeda dengan pesawat. <i>Boarding pass</i> yang telah anda dapatkan itu hanya diperiksa saat anda hendak memasuki ruang penumpang pesawat.<br />
<br />
Saat Dempi menghunus kertas boarding passnya, pengusaha muda itu langsung berkomentar. Ia mengatakan bahwa kejahatan perampokan yang dialami rekan bisnisnya di Filipina itu berawal saat ia mengunggah foto boarding pass di <span style="color: #990000;"><b><a href="http://victorialerrick.blogspot.com/2016/10/paradoks-media-sosial.html" target="_blank">media sosial</a></b></span>, <i>Twitter</i>. <i>QR code boarding pass</i> milik rekannya diretas dan seketika itu data-data pribadinya diketahui peretas.<br />
<br />
Para peretas yang tahu dia tidak sedang berada di rumah itu pun langsung beroperasi. Mereka datang ke rumah rekannya itu dan mengambil sejumlah barang berharga. Mulai dari uang yang jumlahnya jutaan dollar sampai peralatan elektronik mahal yang ada di rumah rekannya itu. Akibat kejahatan itu, rekan si pengusaha itu pun merugi. Ia mengalami depresi berat.<br />
<br />
Dari pengusaha itu, Dempi mendapat penjelasan bahwa <b>QR code</b> yang ada di boarding pass kita adalah data pribadi penumpang. Alamat, nomor telephone, passport dan tanggal keberangkatan dan atau kepulangan kita. Jika <i>QR code</i> itu diketahui oleh orang lain, itu berarti sebagian besar data pribadi kita diketahui oleh orang lain. Kemungkinan terjadinya operasi kejahatan pun bisa terjadi kapan saja.<br />
<br />
Dempi pun berterimakasih kepada pengusaha itu karena telah membagikan kisah itu. Bagi Dempi, obrolan mereka setidaknya telah mengingatkan dirinya agar tetap waspada, khususnya dalam hal mengamankan <strike>boarding pass</strike> saat hendak melakukan perjalanan dengan pesawat.<br />
<br />
<h3>
Waspada Kejahatan Dunia Maya</h3>
Modus kejahatan bisa saja terjadi melalui dunia maya. Buktinya, tidak sedikit tindakan kejahatan seperti penipuan, pemerkosaan dan pembunuhan telah terjadi di Indonesia gara-gara komunikasi via media sosial. September yang lalu, orang tua seorang gadis berusia 16 tahun melaporkan kejahatan pemerkosaan yang dilakukan “D” dan empat lelaki lainnya terhadap anaknya di Serang, Banten. Modus awalnya sama. Perkenalan di facebook. Dari facebook, korban diajak bertemu.<br />
<br />
Usai pertemuan pertama, “D” lalu membawa gadis itu ke kontrakan temannya. Atau, kisah lain, seorang gadis berusia 15 tahun, anak seorang polisi di Jakarta yang diperkosa oleh tiga lelaki. Awalnya, mereka berkenalan di facebook. Saat bertemu korban lalu di beri minuman yang telah dicampur dengan obat penenang. Mereka kemudia memperkosa gadis itu bergiliran. Dua kisah ini hanya contoh dari banyak kisah miris lainnya yang sering terjadi di Indonesia tentang kejahatan yang berawal dari dunia maya. Jangan bicara penipuan melalui dunia maya. Sudah sering terjadi, bahkan hingga hari ini.<br />
<br />
Serangkaian kisah itu setidaknya membuat kita tetap awas, waspada dan hati-hati dengan berbagai rayuan yang terujar dalam percakapan dengan orang lain di dunia maya. Kita perlu sangsi, cemas dan hati-hati terhadap setiap tawaran yang diajukan oleh lawan bicara kita.<br />
<br />
Kembali ke Demp. Kisah yang dibagikan Dempi di atas setidaknya mengingatkan kita untuk tidak mengunggah foto boarding pass kita atau berbagai QR code apapun ke dunia maya. Modus kejahatan yang merugikan keselamatan, kenyamanan dan keamanan kita bisa saja dimulai dari sana.<br />
<br />
Dari Ruteng, salam.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02814876240163406893noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6890525117360192447.post-44221034801173499132016-10-25T05:53:00.002-07:002016-10-25T05:54:52.800-07:00Whats App Video Call Terbaru<div style="text-align: justify;">
Kabar terbaru datang dari aplikasi media sosial <b><i>WhatsApp</i></b>. Sore ini, beredar kabar, WhatsApp atau yang lebih dikenal dengan WA itu telah merilis <b>WhatsApp Messenger 2.16.318 beta</b> yang dilengkapi dengan aplikasi <b>Video Call</b> (panggilan video). Sebelumnya, aplikasi yang kian digandrungi pengguna android ini hanya memiliki aplikasi pengiriman gambar foto dan audio, juga dilengkapi dengan fitur mention pengguna lainnya dalam obrolan.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-yHBwITg0yPI/WA9U8ib4r5I/AAAAAAAAA0U/B-0QYqbRyAUSYq13YTy9NPzkzHzrZO-MwCLcB/s1600/Logo%2BWhats%2BApp.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Whats App Video Call" border="0" src="https://1.bp.blogspot.com/-yHBwITg0yPI/WA9U8ib4r5I/AAAAAAAAA0U/B-0QYqbRyAUSYq13YTy9NPzkzHzrZO-MwCLcB/s1600/Logo%2BWhats%2BApp.png" title="Whats App Video Call" /></a></div>
<br />
Fitur terbaru WhatsApp (video call) ini sangat mudah digunakan di WhatsApp. Semudah kita menarik sebuah gambar untuk dilampirkan ke dalam badan pesan dan lalu dikirimkan ke teman obrolan (chatting) kita. Untuk membuat panggilan video, pengguna harus menekan ikon dialer yang muncul di samping ikon pencarian. Saat menekan ikon dialer, pengguna akan mendapatkan pilihan untuk membuat panggilan WhatsApp suara atau video call.<br />
<br />
Hanya saja, perlu dicatat bahwa fitur akan hanya bekerja ketika pemanggil dan penerima merupakan bagian dari program pengujian beta Android. Dalam kasus ini, penerima yang masih menggunakan versi lama dari aplikasi (atau bukan bagian dari program pengujian beta) akan mendapatkan prompt (peringatan singkat) yang berisikan pesan “Tidak bisa melakukanpanggilan" dan diikuti dengan teks, "Tidak bisa melakukan panggilan. Penerima (nama kontak dipanggil) perlu memperbarui WhatsApp untuk menerima panggilan video. "<br />
Fitur itu hanya berlaku untuk Android 2.3.4+.<br />
<br />
Sejak Maret 2015 memang, fitur <i>video call</i> pada aplikasi WhatsApp memang telah ramai diwacanakan di berbagai forum dunia maya. Hal itu sejalan dengan diluncurkannya panggilan suara dari WhatApp sendiri. <br />
<br />
Namun, pihak WhatsApp Inc. sendiri belum merilis apakah benar akan ada fitur <b>Video Call</b> atau tidak dalam aplikasi pengiriman pesan yang telah diakusisi oleh Facebook itu.<br />
<br />
Fitur Video Call di Aplikasi WhatsApp dipastikan akan sama dengan <i>Skype</i> dan Line yang juga memiliki fitur yang sama. Namun, dilihat dari kuantitas pengguna WhatsApp yang kian meningkat, bisa diprediksi bahwa fitur baru WhatsApp ini akan menambah jumlah pengguna WhatsApp dan perlahan meninggalkan aplikasi messanger yang memiliki fitur yang sama. <br />
<br />
Dalam percobaannya di <b>Gadget 360</b> membuktikan fitur <b>video call</b> yang tersedia untuk WhatsApp di Android bekerja cukup baik meskipun saat jaringan koneksi cukup buruk. Pengguna yang melakukan panggilan melihat gambar profil, sementara penerima melihat pemanggil dan mereka sendiri melalui kamera depan.<br />
<br />
Berita ini cukup membuat saya senang. Setidaknya sebagai pengguna Whatsapp yang selama ini perlahan meninggalkan penggunaan Blackberry messanger di android saya. Entahlah. Yang jelas, WA sedikit lebih ringan. Teman-teman saya juga banyak yang menggunakan WA. Komunikasi yang kadang tanpa jeda, baik chatting di group maupun di chat antar pengguna serasa lebih lancar jika dibandingkan dengan komunikasi melalui Blackberry Messanger. Bagaimana dengan anda?</div><br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://2.bp.blogspot.com/-mGd6FRFza10/WA9UcmaLQsI/AAAAAAAAA0Q/-2sZlQnVBbcVw5Pudd6xlrbDzpCP-25dwCLcB/s1600/Contoh%2BPenggunaan%2BWhatsApp%2BVideo%2BCall.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Contoh Whats App Video Call" border="0" src="https://2.bp.blogspot.com/-mGd6FRFza10/WA9UcmaLQsI/AAAAAAAAA0Q/-2sZlQnVBbcVw5Pudd6xlrbDzpCP-25dwCLcB/s1600/Contoh%2BPenggunaan%2BWhatsApp%2BVideo%2BCall.jpg" title="Contoh Whats App Video Call" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Photo: thenextweb. com</td></tr>
</tbody></table>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02814876240163406893noreply@blogger.com0Ruteng, Watu, Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Tim., Indonesia-8.6143650000000012 120.466499-34.1363995 79.157905 16.907669499999997 161.775093tag:blogger.com,1999:blog-6890525117360192447.post-14701937703689872202016-10-21T16:21:00.001-07:002016-10-21T16:24:44.852-07:00Paradoks Media Sosial<div style="text-align: justify;">
Beberapa tahun terakhir,<a href="http://victorialerrick.blogspot.com/2016/09/kenggu-internet-dan-media-sosial.html" target="_blank"> jaringan <i>online</i></a> (internet dan media sosial) telah berubah menjadi saluran terkemuka terjadinya pasar digital. Klien (konsumen) dan perusahaan dapat terhubung dan melakukan transaksi secara online, tidak lagi harus bertatap muka, atau bertemu di kantor penjualan. Di berbagai beranda media sosial, produk-produk berseliweran dipromosikan. Konsumen (pembeli) tidak susah lagi untuk mencari produk yang sedang diburu.<br />
<br />
Lihat saja iklan di <i><b>Facebook</b></i>. Banyak sekali yang tampil di beranda<i> facebook</i> saat anda tengah <i>online</i> atau berselancar di <i>facebook</i>. Mereka menggunakan jasa iklan yang disiapkan pihak facebook untuk mempromosikan produk mereka. Namanya <a href="https://www.facebook.com/business/products/ads"><b><i>facebook ads</i></b></a>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-JX4p-EZnwBQ/WAqgvPUYW-I/AAAAAAAAAz0/LS80yCnQqlQqYpwWnJsmM2OPZLXIqNgqACLcB/s1600/Internet%2BMarketing%2BMolas%2BHombel.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Paradoks Media Sosial" border="0" src="https://1.bp.blogspot.com/-JX4p-EZnwBQ/WAqgvPUYW-I/AAAAAAAAAz0/LS80yCnQqlQqYpwWnJsmM2OPZLXIqNgqACLcB/s1600/Internet%2BMarketing%2BMolas%2BHombel.jpg" title="Paradoks Media Sosial" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Photo by: digitalheroesonline</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Perusahaan-perusahaan itu tahu betul bahwa keuntungan dari pemasaran produk mereka sangat bergantung dari kemasan tampilan (<i>display</i>) dan cara mereka menggaet (baca: mengagitasi) para pembeli di internet. Mereka juga sangat menjaga sejauh mana hubungan mereka dengan pasar yang pertemuannya di internet itu tidak rusak alias putus-nyambung. Mereka menciptakan dan memegang kendali atas kebutuhan klien mereka yang berawal dari tempat pertemuan sederhana; media sosial.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ini mungkin cara paling sederhana, mudah, tidak ribet dan bertele-tele dan murah dalam perkembangan pasar masa kini. Setuju atau tidak, diterima atau ditolak, yang jelas inilah salah satu bentuk nyata era ekonomi digital sebenarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di Indonesia, kemunculan banyak perusahaan <i><b>start up</b></i> yang dirintis oleh kalangan muda juga menunjukkan bahwa peluang bisnis online sangat menjanjikan masa depan ekonomi yang mandiri. Mereka betul-betul memanfaatkan kecanggihan internet, media sosial sebagai media komunikasi sosial untuk meraup keuntungan yang besar sambil tetap membangun rasa saling percaya dengan pihak pembeli (konsumen).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika dihitung jumlah kalangan muda yang telah sukses karena hidup dari kegilaan terhadap bisnis berbasis internet, jumlahnya sudah sangat banyak. Karena ketekunan mereka sambil melihat peluang yang ada di depan mata, mereka benar-benar berupaya sekuat tenaga untuk membangun kehidupan ekonomi mereka, mewujudkan impian muda mereka: menjadi orang sukses.<br />
<br />
<h3>
Kita? Bagaimana?</h3>
Jika dibandingkan dengan refleksi abstrak tak penting di atas, tentu kita sudah jauh tertinggal. Bahkan, lebih banyak kontras dengan situasi di atas, bukan? Mereka memanfaatkan keuntungan dari perselancaran mereka di internet dan media sosial. Sementara, kita, masih sering menggunakan media sosial untuk meluapkan caci maki kita terhadap pihak lain; menyindir, menjelek-jelekkan orang lain, menyerang privasi pihak lain secara bertubi-tubi.<br />
<br />
Sangat berbeda jauh dengan situasi dimana saat banyak kalangan muda telah sukses meraup keuntungan dari media sosial, blogging dan internet marketing, di lingkungan kita masih terdapat sejumlah kasus adu fisik dan adu mulut yang berawal dari ketersinggungan terhadap postingan atau tulisan di media sosial. <a href="http://victorialerrick.blogspot.co.id/2016/10/mengendalikan-emosi-dengan-menulis.html" target="_blank">Gara-gara status facebook</a>, paling sering terjadi.<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://3.bp.blogspot.com/-y2_Uf_QzFWw/WAqhw49Hf1I/AAAAAAAAAz4/cvTYTduEpY8tCXTTwKSpI3JfJsTzUDKBQCLcB/s1600/Molas%2BHombel%2BHate%2BSpeech.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Molas Hombel Paradoks Media Sosial" border="0" src="https://3.bp.blogspot.com/-y2_Uf_QzFWw/WAqhw49Hf1I/AAAAAAAAAz4/cvTYTduEpY8tCXTTwKSpI3JfJsTzUDKBQCLcB/s1600/Molas%2BHombel%2BHate%2BSpeech.jpg" title="Molas Hombel Paradoks Media Sosial" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Photo by: @sharfinaadani</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Berbagai bentuk kasus tersebut semakin memperlebar jarak kemajuan mindset dengan generasi muda yang benar-benar menangkap peluang sukses dari internet atau media sosial.<br />
<br />
Untuk menemukan solusi terkait hal ini, diperlukan keterlibatan aktif berbagai pihak, mulai dari keluarga (baca orang tua), sekolah, lingkungan kerja, lembaga agama, dan pemerintah, agar terus turut membangun kesadaran kolektif para pengguna media sosial agar dapat menggunakannya secara lebih bijak, tidak untuk keperluan-keperluan yang bersifat hate speech (ujaran kebencian), fitnah, caci maki, pornoaksi, dan berbagai penyebaran konten negatif lainnya. Di sekolah, peran guru sangat lah penting untuk aksi tersebut.<br />
<br />
Mari kita selamatkan generasi kita agar dapat menggunakan media sosial secara bijak dan tepat.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02814876240163406893noreply@blogger.com0Ruteng, Watu, Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Tim., Indonesia-8.6143650000000012 120.466499-34.1363995 79.157905 16.907669499999997 161.775093tag:blogger.com,1999:blog-6890525117360192447.post-41015108138983676002016-10-14T16:03:00.000-07:002016-10-14T16:06:58.846-07:00Negara-Negara Ini Tidak Nyaman Bagi Perempuan<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: normal;">Di dunia ini, tidak semua negara nyaman bagi perempuan. Kategori tidak nyaman ini tidak bermaksud perempuan tidak boleh hidup di sana. Namun, kenyamanan bagi seorang perempuan di sebuah negara lebih dilihat dari kondisi sosiologis yang mengitari kehidupan perempuan. Dan dari berbagai negara di dunia, ternyata masih ada sejumlah negara yang benar-benar tidak nyaman bagi seorang perempuan untuk tinggal dan menetap di sana.</span></span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-nJ5uIwBovvQ/WAFj0l8-1MI/AAAAAAAAAy4/UQu6K_oKsRwv-eCIada2FoenN2SFyBLnACLcB/s1600/14582350_223317231420112_9066720114119802880_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Negara-Negara ini tidak nyaman bagi perempuan" border="0" src="https://1.bp.blogspot.com/-nJ5uIwBovvQ/WAFj0l8-1MI/AAAAAAAAAy4/UQu6K_oKsRwv-eCIada2FoenN2SFyBLnACLcB/s1600/14582350_223317231420112_9066720114119802880_n.jpg" title="Negara-Negara ini tidak nyaman bagi perempuan" /></a></div>
<br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: normal;"><br /></span></span>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: normal;">Perempuan Indonesia patut bersyukur karena tinggal di negara yang dianggap aman untuk kaum hawa. Sebab, mengutip Boldsky yang dirilis<b> <i>Tempo</i></b>, ada beberapa negara yang kondisi kaum perempuannya masih bergulat dalam ketertindasan. Mereka kerap menjadi korban pemerkosaan, pelecehan seksual, penganiayaan, perdagangan manusia, bahkan perbudakan.</span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: normal;"><br /></span></span>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: normal;">Berikut ini tujuh negara yang dianggap tidak aman untuk ditempati kaum wanita, meski di beberapa negara di antaranya sudah muncul gerakan untuk persamaan hak kaum perempuan.</span></span><br />
<br />
<h3>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: normal;">1. Afganistan</span></span></h3>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: normal;">Negara yang terletak di wilayah Asia Tengah ini dinilai tidak aman untuk ditinggali kaum wanita. Di negara ini, kaum perempuan tak hanya dianiaya, tapi juga tidak diperbolehkan menuntut ilmu dan mempelajari hal-hal baru, sehingga hidup mereka sangat bergantung kepada pria. Penderitaan tak hanya sampai di situ. Para pria memperlakukan mereka seperti budak dan beberapa di antara mereka terpaksa bertahan hidup demi anak-anaknya.</span></span><br />
<br />
<h3>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: normal;">
2. Republik Demokratik Kongo</span></span></h3>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: normal;">Berdasarkan laporan yang diambil dari American Journal of Public Health, sedikitnya terjadi 1.150 kasus kekerasan terhadap wanita setiap harinya di Kongo. Itulah mengapa Kongo dianggap tidak aman untuk wanita.</span></span><br />
<br />
<h3>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: normal;">
3. India</span></span></h3>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: normal;">Pemerkosaan, pernikahan anak, dan perdagangan manusia. Hampir setiap hari tiga masalah penindasan itu terjadi di negara ini sehingga menjadikan India salah satu negara tidak aman, khususnya bagi wanita. Terlepas dari itu semua, lebih dari 50 juta kasus pembunuhan bayi perempuan telah dilaporkan selama 30 tahun terakhir.</span></span><br />
<br />
<h3>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: normal;">
4. Somalia</span></span></h3>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: normal;">Somalia adalah negara yang dianggap tidak memiliki hukum, terutama bagi kaum wanita. Lebih dari 95 persen populasi wanita dinyatakan telah menjalani mutasi genital di usia 4-11 tahun, dan itu sudah menjadi fenomena yang umum terjadi. Pelanggaran seksual, pernikahan anak, dan angka kematian ibu cukup tinggi, sehingga membuat negara ini tidak aman bagi wanita.</span></span><br />
<br />
<h3>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: normal;">
5. Kolombia</span></span></h3>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: normal;">Negara ini memiliki jumlah kasus kekerasan berbasis gender tertinggi di dunia. Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) seolah menjadi masalah biasa dan umum terjadi di negeri itu. Dan yang paling miris adalah para pelaku tindakan yang tidak manusiawi itu tidak dihukum setelah melakukan perbuatan keji.</span></span><br />
<br />
<h3>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: normal;">
6. Mesir</span></span></h3>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: normal;">Sistem peradilan Mesir tidak melindungi hak-hak wanita. Tidak hanya itu, para wanita dirampas hak-haknya untuk pernikahan, perceraian, hak asuh anak, dan sebagainya.</span></span><br />
<br />
<h3>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: normal;">
7. Meksiko</span></span></h3>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: normal;">Sistem hukum Meksiko tidak melindungi kaum wanita terhadap kasus kekerasan dalam rumah tangga dan kekerasan seksual. Hanya sedikit wanita yang melaporkan tindakan pelecehan seksual yang pernah mereka alami. Itu pun sering kali berakhir dengan sia-sia.</span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02814876240163406893noreply@blogger.com0Ruteng, Watu, Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Tim., Indonesia-8.6143650000000012 120.466499-34.1363995 79.157905 16.907669499999997 161.775093tag:blogger.com,1999:blog-6890525117360192447.post-45898826348766753972016-10-03T00:01:00.001-07:002016-10-03T00:01:49.096-07:00Mengendalikan Emosi dengan Menulis<div style="text-align: justify;">
Waktu menunjukkan pukul 09.00. Bangku-bangku di aula itu masih banyak yang kosong. Belum ada peserta yang datang. Padahal, dalam undangan, seminar itu dilaksanakan pada pukul 08.00. Di ruang tunggu, di samping panggung utama, para narasumber juga telah hadir satu jam yang lalu.<br />
<br />
Ketua Panitia, Shiny, mengundang kami lewat <b><i>Group Whatsapp</i></b> untuk membicarakan kondisi itu. Kami semua berkumpul di belakang aula tempat kegiatan, di ruangan kecil yang juga dipakai untuk menyimpan <i>snack</i> untuk para peserta.<br />
<br />
“Bagaimana hal ini bisa terjadi. Saya bingung” Shiny berkata-kata dengan nada tinggi. Kami diam. “Coba dilaporkan dulu, sejauh mana para peserta dikonfirmasi” Ia melanjutkan.<br />
<br />
Kegiatan itu molor satu jam dari waktu yang tertera dalam undangan. Shiny benar-benar marah. Dia tak menduga akan terjadi seperti ini. Shiny memang baru kali ini dipercayakan menjadi ketua panitia acara yang mengundang peserta lebih dari 100 orang. Ini taruhan potensi dan ketokohan. Setidaknya, dia harus menunjukkan hasil yang dapat membuatnya kembali dipercaya pada event-event besar lainnya di lain waktu.<br />
<br />
Beberapa anggota panitia yang bertugas mengonfirmasi kehadiran peserta langsung bekerja. Mereka menghubungi para peserta, satu per satu. Tetapi, tidak bisa dibantah, seluruh anggota panitia acara itu dalam keadaan panik. Tidak hanya karena peserta yang belum kunjung datang, tetapi juga karena nara sumber yang sudah mulai tak sabar menunggu. Mereka bahkan terus menanyakan apakah seminar itu tetap dijalankan atau dibatalkan.<br />
<br />
Seminar itu sebenarnya terselenggara berkat kerja sama antara <b>Komunitas Peduli Kata</b> dengan sebuah bank lokal di sini. Komunitas itu dihuni oleh anak-anak muda dari berbagai latar belakang profesi dan pekerjaan, yang (masih) memiliki minat terhadap dunia kepenulisan. Setelah dibentuk pada 5 bulan lalu, baru kali ini komunitas ini melaksanakan event.<br />
<br />
Di event perdana ini, mereka mengusung tema “Menulis Mengusir Emosi”. Seminar ini menghadirkan sejumlah narasumber, antara lain: Pak Geh, seorang wartawan senior asal Yogyakarta, Mas Yadi,<i> blogger</i> asal Semarang dan Mbak Tantri, seorang psikolog dari Universitas Udayana Bali.<br />
<br />
Seminar itu akan menghadirkan banyak peserta, khususnya kalangan remaja, anak-anak sekolah menengah atas dan mahasiswa. Seminar itu mengajak mereka untuk meminati dunia tulis menulis, sambil mengalami pendampingan dan pelatihan melalui komunitas Peduli Kata.<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://2.bp.blogspot.com/-j-VzpLWWcTQ/V_H_-mpGs5I/AAAAAAAAAyI/T7UYPtecICAF0_c9ouEPE3YaVXhQWqYGwCLcB/s1600/Quotes%2BMenulis%2BSeptian%2BHung.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Mengendalikan Emosi dengan Menulis" border="0" src="https://2.bp.blogspot.com/-j-VzpLWWcTQ/V_H_-mpGs5I/AAAAAAAAAyI/T7UYPtecICAF0_c9ouEPE3YaVXhQWqYGwCLcB/s1600/Quotes%2BMenulis%2BSeptian%2BHung.jpg" title="Mengendalikan Emosi dengan Menulis" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kutipan tentang Menulis by <a href="https://www.instagram.com/septianhung/" target="_blank">@septianhung</a></td></tr>
</tbody></table>
<br />
“Dari 400 peserta yang telah diundang, kemarin, semuanya sudah kami konfirmasi. Mereka telat karena pagi harinya mereka harus meminta izin ke sekolah dan kampus mereka” tulis Arry di Group WA Panitia Seminar.<br />
“Ok. Terimakasih untuk infonya, Arr. Saya akan yakinkan narsum (baca: nara sumber) terkait hal itu” Shiny langsung membalas.<br />
15 menit setelah percakapan di group itu, gemuruh suara kendaraan roda dua tiba-tiba terdengar dari kejauhan. Ratusan sepeda motor berarakan menuju tempat kegiatan. Anak-anak SMA yang akan mengikuti seminar memadati jalan. <i>Convoy</i>.<br />
<br />
“Banyak sekali yang datang” ketus Effu saambil menggeleng kepala. Seminar akhirnya dimulai setelah setengah dari aula itu dipenuhi kalangan mahasiswa. Jumlah mereka jauh lebih banyak dari peserta dari kalangan pelajar SMA. Ruangan itu penuh manusia. Panitia senang.<br />
<br />
Event itu sebenarnya juga sangat diminati oleh hampir seluruh anggota panitia acara. Ya. Semuanya memiliki bakat menulis. “Mengendalikan Emosi dengan Menulis” tentu bukan diusung tanpa sebab. Apakah menulis berkekuatan untuk mengendalikan, meredam, bahkan membunuh emosi (perasaan) yang tengah galau, sedih, marah? Seminar itu menjawabnya. Bahwa menulis adalah suatu kegiatan memindahkan idea tau gagasan dari dalam pikiran ke sebuah bentuk lain. Tulisan.<br />
<br />
Proses pemindahan itu juga memiliki cara-cara tertentu agar tulisan yang dihasilkan bisa diminati para pembaca. Maka, selama proses menulis, kita membutuhkan banyak informasi, kaya akan kata-kata, alur penulisan yang runut dan bisa memberi pesan-pesan tertentu kepada pembaca sehingga bermanfaat bagi pembaca.<br />
<br />
Di sini lah kekuatan menulis yang mampu mengendalikan emosi kita. Kita bisa saja menghilangkan rasa marah yang tengah berkecamuk karena kondisi tertentu dalam bentuk tulisan, tanpa harus meluapkannya kepada orang lain atau dalam bentuk yang lebih kasar, yang dapat melukai perasaan orang lain.<br />
<br />
Untuk itu, seorang penulis (yang memiliki minat menulis), tentu memerlukan juga banyak sumber bacaan untuk memperkaya wawasanya. Sehingga, saat ia menulis, ia mampu memperkaya tulisannya dengan wawasannya yang dapat membantu para pembaca memahami pesan di balik tulisan yang ia hasilkan.<br />
<br />
Dalam seminar itu, ada peserta yang membagikan pengalamannya. Ia mengakui bahwa dirinya sering sulit mengontrol emosinya saat ia marah atau kesal karena kejadian-kejadian tertentu yang memaksannya untuk marah. Tetapi, selama ia belajar dan sering menulis, ia bisa menghindari ekspresi amarah yang berlebihan. Ia mentralisasi kemarahannya dengan cara yang lebih stabil; menulis tentang hal-hal yang menurutnya penting, atau mengekspresikan amarahnya lewat tulisan.<br />
<br />
“Saya mungkin pemarah, cepat putus asa jika ada masalah yang menimpa. Tetapi, pengalaman saya, dengan duduk tenang, mencari tema dan mulai menjabarkan gagasan saya dalam tulisan, emosi saya menjadi stabil, kemarahan itu hilang” tuturnya, disambut gemuruh tepuk tangan dari peserta lainnya.<br />
<br />
Selama seminar itu, tidak sedikit yang juga meminta tips-tips inspirati dari para penulis agar kegiatan menulis yang mereka jalani dapat menjawab tuntutan penulisan yang benar, santun dan memiliki bobot kualitas yang memuaskan pembaca.<br />
<br />
Semua pernyataan dan permintaan peserta dijawab para narasumber dengan sangat lugas, dengan kata-kata yang sederhana. Sebagai panitia, kami pun turut senang dan puas, karena sebagian besar kegelisahan kami dalam urusan tulis menulis bisa terdiskusikan dengan baik dalam kegiatan itu.<br />
<br />
<a href="http://victorialerrick.blogspot.co.id/2016/09/molas-hombel-menulis.html"><b>Mari menulis</b></a>. Biar tidak terlarut dalam masalah atau kepanikan sesaat! Semoga!
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02814876240163406893noreply@blogger.com0Ruteng, Watu, Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Tim., Indonesia-8.6143650000000012 120.466499-34.1363995 79.157905 16.907669499999997 161.775093tag:blogger.com,1999:blog-6890525117360192447.post-3365681914626517362016-09-23T12:06:00.001-07:002016-09-23T12:06:11.740-07:00Jauh dan Setia<div style="text-align: justify;">
<b>Jauh dan Setia. </b>Setiap orang tentu membenci sebuah situasi dimana dirinya berada jauh dengan orang- orang yang ia sayangi atau orang- orang yang memiliki hubungan khusus dengannya. Misalnya keluarga, pasangan hidup, dan lain sebagainya. Jauh itu menyakitkan, sebab hanya dibatasi oleh rasa rindu.<br />
<br />
Memang, ungkapan kerinduan, di era digital ini bisa ditunjukkan dengan berbagai cara yang memudahkan kita untuk bertemu, meski dalam kindisi saling berjauhan.<br />
<br />
Fasilitas internet (media sosial) bisa digunakan untuk mempersempit ukuran kerinduan yang pada masa- masa sebelumnya terasa lebar. Orang di Amerika, ketika ingin berbicara, sambil melihat wajah keluarganya di Papua Barat, Indonesia, bisa menggunakan skype/ facebook <b><i>video call</i></b> atau <a href="http://victorialerrick.blogspot.com/2016/09/kenggu-internet-dan-media-sosial.html">fasilitas media sosial</a> lainnya yang memudahkan.<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://4.bp.blogspot.com/-5svS_n7_N74/V-V76mhTw1I/AAAAAAAAAu0/sqm-miBRJ40fofg40DR5mruxBcesZMwPwCLcB/s1600/Jauh%2Bitu%2BSakit%2BMolas%2BHombel.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Ilustrasi Hubungan Jarak Jauh Molas Hombel" border="0" src="https://4.bp.blogspot.com/-5svS_n7_N74/V-V76mhTw1I/AAAAAAAAAu0/sqm-miBRJ40fofg40DR5mruxBcesZMwPwCLcB/s1600/Jauh%2Bitu%2BSakit%2BMolas%2BHombel.jpg" title="Ilustrasi Hubungan Jarak Jauh Molas Hombel" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi Hubungan Jarak Jauh</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Tetapi, ya realistis juga, itu tidak akan mengubah situasi sebenarnya; jauh. Jarak antara kita dengan "orang-orang dekat" yang jauh itu hanya bisa didekatkan dengan komunikasi dengan berbagai media yang sekarang sudah canggih dan mudah didapatkan.<br />
<br />
Disaat- saat tertentu, jauh memang menyakitkan. Sebab, kemudahan yang diberikan zaman ini hanya mempertemukan kita dengan cara kita mengungkapkan "rasa rindu".
Padahal, bagi sebagian orang, "dekat", lawan si "jauh", bisa dirasakan ketika ada intensitas komunikasi kita dengan mereka yang dirindukan. Perkaranya ialah bahwa jauh juga menegaskan satu hal penting, yaitu perbedaan situasi, pengalaman, dan peristiwa yang dihadapi. Artinya, ruang yang berbeda itu juga diisi dengan situasinya masing- masing yang tentu berbeda satu dengan yang lainya.<br />
<br />
Tak jarang, ini selalu memicu persoalan yang lebih heboh dari sekedar menyadari "jauh". Kecurigaan, arogansi, kasar, bahkan caci maki bermunculan lewat berbagai ekspresi. Momental, tetapi menyakitkan.Orang melupakan kompas pengatur jarak; kesetiaan; setia pada kebersamaan, setia pada visi, setia pada pada janji yang telah diucapkan. Setia adalah wujud konsistensi.<br />
<br />
Jika setia bisa mengatasi kejenuhan atas jauh yang menyakitkan itu, maka tidak lah terlambat untuk mencobanya. Mencoba melawan segala bentuk kejenuhan dan sakit hati atas jauh yang menyakitkan itu dengan <a href="http://victorialerrick.blogspot.com/2016/09/kota-ruteng-panggil-pulang.html"><b>senjata kesetiaan</b></a>.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02814876240163406893noreply@blogger.com0Ruteng, Watu, Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Tim., Indonesia-8.6143650000000012 120.466499-34.1363995 79.157905 16.907669499999997 161.775093tag:blogger.com,1999:blog-6890525117360192447.post-22545434218300298322016-09-23T02:29:00.002-07:002016-09-23T02:34:36.130-07:00Sidang Jessica di Warung Bakso<div style="text-align: justify;">
Yang berbicara hanya dua orang. Nada suara mereka terus meninggi. Pengunjung yang lain hanya mendengar, tapi tidak melihat ke arah kedua orang itu. Mereka membiarkan keduanya terus berdebat. Rasa-rasanya, seperti sedang ada <b><i>Sidang Jessica di Warung Bakso</i></b> di sini. Efek siaran langsung di televisi?<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-AA98iMGtwDk/V-T0tkMzTuI/AAAAAAAAAuY/VwEZVMetk2Q0hMLTJ4H1TzBnWRPEO8IBgCLcB/s1600/Sidang%2BJessica.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Sidang Jessica di Warung Bakso" border="0" src="https://1.bp.blogspot.com/-AA98iMGtwDk/V-T0tkMzTuI/AAAAAAAAAuY/VwEZVMetk2Q0hMLTJ4H1TzBnWRPEO8IBgCLcB/s1600/Sidang%2BJessica.jpg" title="Sidang Jessica di Warung Bakso" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Jessica Kumala Wongso saat mengikuti sidang di PN Jakarta Pusat| Original Photo: Vivanews</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Tetapi, bahwa <b>sidang Jessica</b> telah banyak mempengaruhi masyarakat, itu benar. Minat untuk menyaksikan sidang itu secara langsung kian hampir sama dengan minat orang nonton sinetron di sore hari. Ibu-ibu khususnya. Kesetiaan mereka menyaksikan sinetron di televisi selama ini kini setara dengan kesetiaan mereka menyaksikan sidang Jessica yang ditayangkan secara langsung oleh beberapa stasiun televisi. Mereka menyebutnya sebagai “Sidang Sianida”.<br />
<br />
Seru, memang. Silang pendapat tidak hanya terjadi di ruangan sidang. Di luar ruangan sidang itu, konflik ide juga hampir sama serunya dengan yang terjadi di ruangan sidang. Debat antar pakar hukum, debat antar pengacaranya, dan, tidak ketinggalan, penjelasan para saksi ahli, semakin menambah litani keseruan sidang itu.Padahal, semua perdebatan itu hanya demi menjawab pertanyaan singkat; <b><i>“Benarkah Jessica meracuni Mirna?”</i></b>.<br />
<br />
Untuk menjawabnya dengan benar, setidaknya berdasarkan hukum yang berlaku di republik ini, akan ada banyak hal yang dimunculkan. Mulai dari keterangan saksi, bukti-bukti yang ditemukan polisi (JPU), keterangan saksi ahli dan lain sebagainya. Sidang itu sedang berusaha mencari jawaban itu.<br />
<br />
Soal heboh di masyarakat, saya melihatnya begini. Televisi telah berhasil <a href="http://victorialerrick.blogspot.co.id/2016/09/nayla-ganteng-ganteng-serigala-di-labuan-bajo.html"><b>menyihir masyarakat</b></a> untuk ikut berperhatian terhadap perjalanan sidang itu, hari demi hari. Perdebatan di dalam ruangan sidang itu membuat sidang itu, semakin hari, semakin heboh. Semakin heboh, semakin tinggi pula rasa penasaran masyarakat terhadap ujug dari seterunya. Makin banyak orang yang nonton sidang itu, makin sering pula televisi menayangkannya.<br />
<br />
Coba saja dihitung, berapa kanal televisi yang menayangkan proses sidang itu secara langsung (<i>live</i>) tiap hari. Belum lagi, setelah sidang yang ditayangkan secara langsung itu, ada <i><b>talk show</b></i> yang menghadirkan nara sumber-nara sumber ahli untuk membahas perseteruan di dalam ruangan sidang tadi. Nah, semakin bertambahlah jumlah manusia yang penasaran dengan kelanjutan sidang itu. Selain penasaran, masing-masing pihak turut memberikan tanggapan dan kesan. Entah itu berdasarkan ilmu yang dipelajarinya atau berdasarkan persepsi seketika.<br />
<br />
Dua kawan saya ini gaduh karena perbedaan itu. Dua- duanya memberikan argumentasi berdasarkan apa yang menurutnya benar. Bisa saja, salah satunya setuju <i>Mirna meninggal karena diracun</i> (baca: sianida), dan satunya lagi tidak setuju jika Mirna meninggal karena diracuni. Saya menangkapnya begitu di balik perdebatan mereka. Sebab, yang jelas, mereka tidak akan berdebat karena salah satu jaksa dari JPU memiliki paras yang ganteng atau karena pengacara Jessica, <b>Otto Hasibuan</b> yang suaranya selalu bernada (seperti) membentak lawan bicara.<br />
<br />
Saya diam, tidak ikut berkomentar. Bakso yang saya pesan sudah dihidangkan. Bakso semangkok dilahap. Meski, telinga kadang terusik karena mereka berdebat dengan nada yang tak pernah kenal rendah. Setelah makan, saya pulang. Di luar langit tampak mendung. <a href="http://victorialerrick.blogspot.co.id/p/hombel-ruteng.html">Hombel</a> akan diguyur hujan lebat. Lagipula, saya bukan penonton setia <b>“Sidang Sianida”</b>. Saya penikmat FTV.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02814876240163406893noreply@blogger.com0Ruteng, Watu, Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Tim., Indonesia-8.6143650000000012 120.466499-34.1363995 79.157905 16.907669499999997 161.775093tag:blogger.com,1999:blog-6890525117360192447.post-55587350069899499682016-09-20T23:01:00.000-07:002016-10-14T16:06:58.862-07:00Nayla "Ganteng-Ganteng Serigala" di Labuan Bajo<div style="text-align: justify;">
Masih ingat kah kalian dengan Nayla di sinetron <b>"Ganteng-Ganteng Serigala"?</b> Saya masih ingat. Dan ingatan itu semakin melekat setelah dia mengunjungi <b>Labuan Bajo</b>, Manggarai Barat. <i>Hae, benar kah?</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-NuFfE88mOBI/V-IjiQMOhyI/AAAAAAAAAsI/l_aoQ-5_8eoK5aVK3ExoyHUh1zEI5puYQCLcB/s1600/Nayla%2Bdi%2BLabuan%2BBajo%2BFlores.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://4.bp.blogspot.com/-NuFfE88mOBI/V-IjiQMOhyI/AAAAAAAAAsI/l_aoQ-5_8eoK5aVK3ExoyHUh1zEI5puYQCLcB/s1600/Nayla%2Bdi%2BLabuan%2BBajo%2BFlores.jpg" /></a></div>
<br />
<a href="http://victorialerrick.blogspot.com/2016/09/kenggu-internet-dan-media-sosial.html">Media sosial</a> memang telah memudahkan banyak orang untuk mendapatkan ragam informasi yang berseliweran di tengah dinamika kehidupan dunia kini. Dalam waktu yang sangat singkat, informasi dari berbagai belahan dunia bisa kita dapatkan dengan mudah. Teks, audio dan video dari sebuah peristiwa juga sangat mudah kita temukan. Peradaban ini kian maju. Bukan?<br />
<br />
Media sosial, yang kini telah menjadi <a href="http://victorialerrick.blogspot.com/2016/09/kenapa-tidak-aktif-di-twitter.html">jembatan manusia mengenal internet</a> juga telah menjadi rumah penyimpanan banyak informasi. Untuk mempublikasikan aktivitas harian kita, kini tidak lah susah. Fitur-fitur di media sosial sangat memungkinkan itu. Demikian juga selebriti. <a href="http://victorialerrick.blogspot.com/2016/09/alicia-vikander-di-molas-hombel.html">Tuntutan popularitas</a>, sebuah keutamaan selebriti, bisa diraih dengan memanfaatkan potensi dan kekuatan media sosial. <i><i>Lho, koq melebar?</i> </i><br />
<br />
Ganteng-Ganteng Serigala. Sinetron yang ditayangkan di sebuah stasiun televisi swasta ini pernah menjadi sinetron favorit kami (dan mungkin juga anda). Di rumah, pada sore hari, suasana rumah pasti ramai karena sinetron ini. Sinetron itu menampilkan sederet artis muda, antara lain Kevin Julio, Jessica Mila, Ricky Harun, Aliando Syarief, Dicky Smash, Dahlia Poland, Michelle Joan dan Prilly Latuconsina. Tentang apa sinetron itu, anda yang mengikutinya pasti sangat paham alur dan konfliknya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-VMok2VgVTAM/V-IahQqs-jI/AAAAAAAAArI/Ho-ORv6xojkyleCSPMj2foCs7fSojMReQCLcB/s1600/Nayla%2BMila%2Bdi%2BLabuan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="457" src="https://1.bp.blogspot.com/-VMok2VgVTAM/V-IahQqs-jI/AAAAAAAAArI/Ho-ORv6xojkyleCSPMj2foCs7fSojMReQCLcB/s640/Nayla%2BMila%2Bdi%2BLabuan.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
Dari deretan artis itu, <b>Nayla/ Sheila</b> adalah artis yang paling banyak disoroti. Di sinetron itu Nayla (Jessica Mila) berperan sebagai sahabat Sisi (Prilly Latuconsina). Nayla adalah Pacar Tristan. Tetapi, seiring waktu, ia juga disukai Galang (Ricky Harun), yang telah bersahabat sejak kecil dengannya. Dalam sinetron itu, wanita cantik kelahiran 3 Agustus 1992 di Kota Langsa, Aceh ini juga kerap disoroti karena konflik tak jarang melibatkan dirinya, khususnya antara Tristan dan Galang.<br />
<br />
Nah, beberapa waktu lalu, <a href="http://victorialerrick.blogspot.co.id/">Molas Hombel</a> mendapat kabar bahwa Nayla mengunjungi Labuan Bajo, Manggarai Barat. Benar kah? Koq tidak banyak wall media sosial anak Labuan Bajo yang menampilkan Nayla? Saya penasaran. Dan ternyata benar. Nayla datang ke Labuan Bajo. Setidaknya, foto-foto yang sempat bertebaran di <a href="https://www.instagram.com/jscmila/">@jscmila</a> ini cukup menjawab rasa penasaran saya:</div>
<br />
<br />
<h4>
<b>Foto dengan <i>Tank Top Kuning</i></b>:</h4>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-NiYwqKidCzs/V-IWQIisvtI/AAAAAAAAAq8/0XmPwzjcD-UBEmwBpbrI4Rd0_L-J3L9fgCLcB/s1600/Nayla%2BGanteng-Ganteng%2BSerigala.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://1.bp.blogspot.com/-NiYwqKidCzs/V-IWQIisvtI/AAAAAAAAAq8/0XmPwzjcD-UBEmwBpbrI4Rd0_L-J3L9fgCLcB/s640/Nayla%2BGanteng-Ganteng%2BSerigala.jpg" width="585" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-j4iPOgLtD0Y/V-If1PFqKdI/AAAAAAAAArs/-wILO4wQRwYWsLicsv-8fwZ5IOEmayDhgCLcB/s1600/Nayla%2Bdi%2BLabuan%2BBajo.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://4.bp.blogspot.com/-j4iPOgLtD0Y/V-If1PFqKdI/AAAAAAAAArs/-wILO4wQRwYWsLicsv-8fwZ5IOEmayDhgCLcB/s640/Nayla%2Bdi%2BLabuan%2BBajo.jpg" width="585" /></a></div>
<br />
<h4>
<b>Foto dengan <i>Over All Jeans</i>:</b></h4>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-UlzYDC5xVx4/V-IbwgYtKWI/AAAAAAAAArQ/8HfIGh0ZY0o7WXDu8pY2HexbGIU5hHuSwCLcB/s1600/Nayla%2Bdi%2BLabuan%2BBajo%2BFlores%2BNTT.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://4.bp.blogspot.com/-UlzYDC5xVx4/V-IbwgYtKWI/AAAAAAAAArQ/8HfIGh0ZY0o7WXDu8pY2HexbGIU5hHuSwCLcB/s640/Nayla%2Bdi%2BLabuan%2BBajo%2BFlores%2BNTT.jpg" width="585" /></a></div>
<br />
<h4>
<b>Foto dengan <i>Blue Dress</i>:</b></h4>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-s0AO_y19S2I/V-IfY0p651I/AAAAAAAAArk/YSupjn7G5cstRwEVe_5WMXfRrI28USPrwCLcB/s1600/Nayla%2BDress%2BBiru.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://1.bp.blogspot.com/-s0AO_y19S2I/V-IfY0p651I/AAAAAAAAArk/YSupjn7G5cstRwEVe_5WMXfRrI28USPrwCLcB/s640/Nayla%2BDress%2BBiru.jpg" width="585" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-AymYCt9kkBM/V-IgXMSk_CI/AAAAAAAAArw/hByinJl4ShMoiURG_fyt7debs4F55gzXACLcB/s1600/Blue%2BDress%2BNayla.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://2.bp.blogspot.com/-AymYCt9kkBM/V-IgXMSk_CI/AAAAAAAAArw/hByinJl4ShMoiURG_fyt7debs4F55gzXACLcB/s640/Blue%2BDress%2BNayla.jpg" width="585" /></a></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02814876240163406893noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6890525117360192447.post-17419743626577838522016-09-19T01:29:00.002-07:002016-10-14T16:06:58.817-07:00Alicia Vikander di Molas Hombel<div style="text-align: justify;">
Saya tiba-tiba mengagumi<a href="https://www.instagram.com/aliciavikanderdaily/"> <b>Alicia Vikander</b></a>. Entah kenapa, kekaguman pada wanita kelahiran Gothenburg, Swedia, 3 Oktober 1988 itu tiba-tiba muncul dan ditempatkan dengan bobot kekaguman yang sama terhadap pembaca <b>Molas Hombel</b>.<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://3.bp.blogspot.com/-8Ut-Fcn6j2U/V9-eVjm7oTI/AAAAAAAAAps/2XhEN1yr37AABfvh-3_bt6Fnvsy_1hpRwCLcB/s1600/Molas%2BHombel.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Alicia Vikander Molas Hombel" border="0" height="414" src="https://3.bp.blogspot.com/-8Ut-Fcn6j2U/V9-eVjm7oTI/AAAAAAAAAps/2XhEN1yr37AABfvh-3_bt6Fnvsy_1hpRwCLcB/s640/Molas%2BHombel.jpg" title="Alicia Vikander Molas Hombel" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Salah satu aksi Alicia Vikander dan Matt Demon dalam Jason Bourne 2016| Photo: aliciavikander.com</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Teman saya seorang yang suka film. Dia hampir menghabiskan setengah dari partisi komputernya untuk dijadikan rumah bagi penyimpanan file sejumlah film. Tidak hanya video, tetapi juga foto dan transkrip dialog sejumlah pemeran dalam film yang digemarinya. Entahlah, apakah ini yang disebut kegilaan menyukai film atau sejenisnya, saya kadang tak mengerti. Tetapi, hal itu justru membuat sahabat karib saya ini memiliki wawasan yang lebih dari yang lain. Selain perkembangan dunia perfilman yang <i>update</i>, ia juga memiliki seabrek pengetahuan tentang kisah-kisah yang ditampilkan dalam film.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-wxkDQWvddTI/V9-f3ClJeoI/AAAAAAAAAp0/ZcmI0ETIKCo-ATNEg_kt5m-0gjPrrATtACLcB/s1600/Alicia%2BKander%2BPromosi%2BJason%2BBourne.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://3.bp.blogspot.com/-wxkDQWvddTI/V9-f3ClJeoI/AAAAAAAAAp0/ZcmI0ETIKCo-ATNEg_kt5m-0gjPrrATtACLcB/s1600/Alicia%2BKander%2BPromosi%2BJason%2BBourne.jpg" /></a></div>
<br />
Minggu lalu, usai mengikuti resepsi pernikahan seorang teman lama, saya mampir ke rumahnya. Obrolan tentang<i> blogging</i>, dunia wanita dan <a href="http://victorialerrick.blogspot.co.id/search/label/Ruteng">Ruteng</a> mengalir dalam pertemuan itu. Karir dan harapan tentang masa depan juga tak dilewatkan. Obrolan itu akhirnya ditutup dengan kisah seru dia menikmati <b>Jason Bourne 2016</b>. <i>Astaga…saya memang kudate soal film</i>. Itu ekspresi dalam hati saat mendengarkan dia bertutur tentang <b>Jason Bourne 2016</b>.<br />
<br />
Film Jason Bourne 2016 dirilis di Amerika pada 29 Juli 2016 lalu. Film itu adalah kelanjutan kisah Jason Bourne (Matt Demon) dari seri <i>Jason Bourne</i> sebelumnya; <b>The Bourne Ultimatum (2007)</b>, dan <b>The Bourne Identity (2002)</b>. Film Jason Bourne 2016 disutradarai oleh <b>Paul Greengrass</b>.<br />
<br />
Nah, di sana lah saya melihat sosok <i>Alicia Vikander</i>. Keren. Saya suka penampilannya dalam film itu. Di film itu, <i>Alicia </i>berperan sebagai <i>Agen Heather Lee</i>, seorang kepala <b>Divisi Intelijen Cyber di CIA (Central Intelligence of America)</b>.<br />
<br />
Dengan pengucapan Bahasa Inggris Amerika (<i>American English</i>) yang masih bercampur aksen Swedia dan Inggris, putri Maria (Fahl) Vikander dan Svante Vikander itu berhasil memagut mata penonton tertuju pada setiap aksi yang dimainkanya dalam film yang dibintangi <i>Matt Demon</i> itu. Pemilihan busana yang dikenakan selama perjalanan film itu juga membuatnya sungguh terlihat anggun.<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://2.bp.blogspot.com/-WMeKDqw36jw/V9-hJDdIx1I/AAAAAAAAAqA/w3Lsw9m6A8Qv7ZnPFAIbeuqtlSuMC7ZEgCLcB/s1600/Alicia%2BKivander.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Alicia Vikander Photo Session" border="0" height="640" src="https://2.bp.blogspot.com/-WMeKDqw36jw/V9-hJDdIx1I/AAAAAAAAAqA/w3Lsw9m6A8Qv7ZnPFAIbeuqtlSuMC7ZEgCLcB/s640/Alicia%2BKivander.jpg" title="Alicia Vikander Photo Session" width="501" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Photo: hq-pictures. com</td></tr>
</tbody></table>
Saya nonton Jason Bourne 2016 sampai tuntas sore itu. Dua gelas kopi ludes. Alicia Vikander sungguh menyedot perhatian sore itu. Saya suka cara <b>Vikander</b> memantau para agen dalam timnya, melaporkan perkembangan kerja kepada bosnya dan mengartikan aksi dari pihak-pihak yang ia curigai. Dan baru lah saya sadar, mengapa kekasih Michael Fassbender ini meraih piala Oscar 2016 untuk nominasi pemeran pendukung terbaik melalui film <b>“The Danish Girl”</b>. <i>Wow</i>.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02814876240163406893noreply@blogger.com0Ruteng, Watu, Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Tim., Indonesia-8.6143650000000012 120.466499-34.1363995 79.157905 16.907669499999997 161.775093tag:blogger.com,1999:blog-6890525117360192447.post-18970567999833593662016-09-15T06:11:00.001-07:002016-09-15T06:11:26.953-07:005 Foto Unik Tarian Caci di Instagram<div style="text-align: justify;">
Instagram telah cukup hebat mempromosikan dunia fotografi. Media sosial temuan <b>Kevin Systrom dan Mike Krieger<i></i></b> itu kini menjadi media promosi foto yang paling banyak diminati kalangan muda. <a href="http://victorialerrick.blogspot.co.id/" target="_blank">Molas Hombel</a> termasuk penggemar media sosial ini. Di instagram, Molas Hombel tampil dengan akun <a href="https://www.instagram.com/molas_hombel/">@molashombel</a>. Nah, kemarin, tanpa sengaja, saya tiba-tiba tertarik untuk mencari foto unik tarian caci di instagram.<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Berikut 5 foto unik Tarian Caci di Instagram pilihan Molas Hombel berdasarkan hasil pencarian by hashtag <b>#cacidance</b>:</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<h3>
<span style="font-size: normal;">1. Foto oleh <a href="https://www.instagram.com/syahdoenxs/">Syahrial Syahdu (@syahdoenxs)</a></span></h3>
Foto ini diupload @syahdoenxs pada 23 Februari 2016, dengan caption foto: "Kotaku kebanggaanku"<br />
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-3SKU9NojAOE/V9qV7x50CkI/AAAAAAAAAoQ/m2IeTyYcOzw0RIw8-KRhnvJ_YjjpmRzVwCLcB/s1600/IMG-20160819-WA0017.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Tarian Caci di Ruteng" border="0" src="https://4.bp.blogspot.com/-3SKU9NojAOE/V9qV7x50CkI/AAAAAAAAAoQ/m2IeTyYcOzw0RIw8-KRhnvJ_YjjpmRzVwCLcB/s1600/IMG-20160819-WA0017.jpg" title="Tarian Caci di Ruteng" /></a></div>
<br />
<h3>
2. Foto oleh <a href="https://www.instagram.com/adez_kristian/">@adez_kristian</a></h3>
<div style="text-align: justify;">
Foto ini diupload pada 4 Maret 2016, dengan caption foto: "<i>Hentak kaki, cambuk, tangkis, dan nyanyian,, menjadi persembahan kepada Tuhan MahaKuasa. Ia menjadi padu, menyatu bersama hembus angin dan hangat terik Mentari.. Ada semangat teramat besar dalam gerak tarian , mengingatkan kita pada sikap pantang menyerah dalam hidup yg kadang tak ramah.."</i></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-Xyqx-b5iT20/V9qVjQvRIrI/AAAAAAAAAoI/oJOPRmT8eOwF181ayrakCzO9OxLvIGB_QCLcB/s1600/Caci%2BDance%2BMolas%2BHombel%2B2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Molas Hombel dan Tarian Caci" border="0" src="https://2.bp.blogspot.com/-Xyqx-b5iT20/V9qVjQvRIrI/AAAAAAAAAoI/oJOPRmT8eOwF181ayrakCzO9OxLvIGB_QCLcB/s1600/Caci%2BDance%2BMolas%2BHombel%2B2.jpg" title="Molas Hombel dan Tarian Caci" /></a></div>
<h3>
</h3>
<h3>
3. Foto oleh <a href="https://www.instagram.com/fitralramadhan/">@fitralramadhan</a></h3>
Foto ini diupload pada 08 September 2016, dengan caption foto "Tarian Caci Manggarai"<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-ZP8bvY5-R3k/V9qb6C00RGI/AAAAAAAAApI/XNK1v3N9XoMD6AVMUmNmRaOIy0wpjLH1wCLcB/s1600/Caci%2BManggarai%2BMolas.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Simbol Caci Manggarai" border="0" src="https://4.bp.blogspot.com/-ZP8bvY5-R3k/V9qb6C00RGI/AAAAAAAAApI/XNK1v3N9XoMD6AVMUmNmRaOIy0wpjLH1wCLcB/s1600/Caci%2BManggarai%2BMolas.jpg" title="Simbol Caci Manggarai" /></a></div>
<br />
<h3>
4. Foto oleh <a href="https://www.instagram.com/yayat_fahri/">@yayat_fahri</a></h3>
Foto ini diupload pada 12 Januari 2016 dengan caption foto; "fight...caci dance from manggarai _flores - NTT"<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-ofysgKGQgWM/V9qaIBJZ4MI/AAAAAAAAAow/VNoty4nw0MEUCi8EKs_Uvtbwtzl3CbXpQCLcB/s1600/Caci%2BManggarai.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Caci di Manggarai Flores" border="0" src="https://3.bp.blogspot.com/-ofysgKGQgWM/V9qaIBJZ4MI/AAAAAAAAAow/VNoty4nw0MEUCi8EKs_Uvtbwtzl3CbXpQCLcB/s1600/Caci%2BManggarai.jpg" title="Caci di Manggarai Flores" /></a></div>
<br />
<h3>
5. Foto oleh <a href="https://www.instagram.com/fitralramadhan/">@fitralramadhan</a></h3>
Foto ini diupload pada 8 September 2016 dengan caption foto; "Bekas Pemain Caci"<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-FtK5JwMdcLg/V9qbQx0Z-vI/AAAAAAAAApE/57GoeLcLAmQogCyy1xJbaFFs2gIglIL6wCLcB/s1600/Pemain%2BCaci%2BManggarai.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Luka Bekas Caci" border="0" src="https://1.bp.blogspot.com/-FtK5JwMdcLg/V9qbQx0Z-vI/AAAAAAAAApE/57GoeLcLAmQogCyy1xJbaFFs2gIglIL6wCLcB/s1600/Pemain%2BCaci%2BManggarai.jpg" title="Luka Bekas Caci" /></a></div>
<br />
<br />
Demikianlah <b>5 foto unik Tarian Caci di Instagram</b> yang sempat dikumpulkan <i>Molas Hombel<b></b></i> berdasarkan hasil pencarian <b>#CaciDance<i></i></b>. Mari mencintai budaya kita.
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02814876240163406893noreply@blogger.com0Ruteng, Watu, Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Tim., Indonesia-8.6143650000000012 120.466499-34.1363995 79.157905 16.907669499999997 161.775093tag:blogger.com,1999:blog-6890525117360192447.post-81253167666451449842016-09-15T03:47:00.001-07:002016-09-15T03:47:43.269-07:00Kenapa Tidak Aktif di Twitter?<div style="text-align: justify;">
Saya ditanyai, <b>"Kenapa tidak aktif di Twitter?"</b>. Penanya itu bilang, <b>Twitter</b> sangat digandrungi di Indonesia. Saya setuju. Saya pernah baca berita, di pertengahan tahun 2015, jumlah pengguna Twitter di Indonesia telah mencapai 50 juta pengguna. Meski belum dijelaskan secara detail, apakah 50 Juta itu merupakan jumlah pengguna aktif (<i>active user</i>) atau jumlah akun di Indonesia, namun, setidaknya jumlah itu sudah mengisyaratkan bahwa <i>Twitter</i> adalah media sosial yang amat digemari di Indonesia saat ini.<br /><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-eos8GkwBz1c/V9p5GrLPOPI/AAAAAAAAAm8/mcsU2Zuxhisojd8vt1Vyatn-UrgGqEGzwCLcB/s1600/Twitter%2BMolas%2BHombel.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Twitter image for Molas Hombel" border="0" src="https://1.bp.blogspot.com/-eos8GkwBz1c/V9p5GrLPOPI/AAAAAAAAAm8/mcsU2Zuxhisojd8vt1Vyatn-UrgGqEGzwCLcB/s1600/Twitter%2BMolas%2BHombel.jpg" title="Twitter image for Molas Hombel" /></a></div>
<br />
<i> Twitter</i> adalah salah satu layanan media sosial yang masuk kategori <i>mikroblogging</i>. Disebut <i>mikroblogging</i> karena kapasitas pengiriman pesan berbasis teksnya hanya mencapai 140 karakter. <i>Mikroblog</i> adalah suatu bentuk <i>blog</i> yang memungkinkan penggunanya untuk menulis teks pembaharuan singkat yang biasanya kurang dari 200 karakter dan mempublikasikannya, baik untuk dilihat semua orang atau kelompok terbatas yang dipilih oleh pengguna tersebut.<br />
<br />
<i>Twitter</i> didirikan pada 21 Maret 2006 oleh <b>Jack Dorsey, Noah Glass, Biz Stone, Evan Williams</b>. Kantor pusat Twitter terletak di San Francisco, California, Amerika. Di Indonesia, Twitter baru membuka kantornya di Jakarta pada tahun 2015 kemarin. Kantor <b>#TwitterIndonesia</b> (<a href="https://twitter.com/TwitterID" target="_blank"><i></i></a><i><a href="https://www.blogger.com/null">@TwitterID</a></i>) ada terletak di gedung One Pacific Place, SCBD, Jakarta. Molas Hombel sendiri sebenarnya sudah memiliki akun Twitter. Anda bisa memantau aktivitas Molas Hombel di Twitter di akun <a href="https://twitter.com/molashombel">@molashombel</a>. Akun ini masih sangat muda usianya, karena baru dibuat beberapa bulan lalu.<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://3.bp.blogspot.com/-MAc5B2eD3yU/V9p6PhXO-pI/AAAAAAAAAnE/8EEonUBZ6cY008l9kCHAVhcmmEpLU0HhQCLcB/s1600/Tiga%2BPenemu%2BTwitter.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Founder of Twitter" border="0" src="https://3.bp.blogspot.com/-MAc5B2eD3yU/V9p6PhXO-pI/AAAAAAAAAnE/8EEonUBZ6cY008l9kCHAVhcmmEpLU0HhQCLcB/s1600/Tiga%2BPenemu%2BTwitter.jpg" title="Founder of Twitter" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: x-small;">Tiga founder Twitter <b>Jack Dorsey, Noah Glass, Biz Stone, Evan Williams| </b>Photo: complex. com</span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
Lantas, Kenapa tidak Aktif di Twitter? <b>Pertama</b>, <a href="https://victorialerrick.blogspot.co.id/">Molas Hombel</a> adalah <i>blog</i> sederhana yang diciptakan untuk mengisi waktu santai. Tidak untuk tujuan yang lebih besar dan berkelas layaknya impian blogger Manggarai lainnya yang kian ramai dan kian maju itu.<br />
<br />
<b>Kedua</b>, saya enggan disebut <i>blogger</i>. Dalam pikiran saya, seorang blogger adalah pemain <i>blog</i> yang telah sepenuhnya menggantungkan pendapatannya pada blog yang di<i>update</i>nya setiap hari. Dan untuk sampai ke sana, tentu tidak semua orang bisa. Bukan? Sementara saya, saya hanya seorang guru, guru Sekolah Dasar pula. Pemahaman saya tentang dunia <i>blogging</i> hanya seujung kuku.<br />
<br />
<b>Ketiga</b>, soal media sosial, harus diakui, di Ruteng, pengguna internet terbanyak adalah pengguna <i>facebook</i>. Sebagian besar warganya jadi melek internet karena facebook. Termasuk saya. Saya bahkan mengenal dunia <i>blogging</i> dari facebook, dan bukan twitter.<br />
<br />
Namun, terlepas dari ketiga alasan itu, saya menyadari satu hal, bahwa dunia kini telah menjadi kecil karena konektivitas lintas manusia, lintas lingkungan, lintas generasi terjadi begitu cepat dan mudah. <a href="http://victorialerrick.blogspot.co.id/2016/09/kenggu-internet-dan-media-sosial.html">Media sosial</a> kini tidak hanya mempertemukan warga dunia, tetapi juga menjadi pusat informasi peradaban. Tidak hanya itu, media sosial seperti <i>facebook, twitter</i> dan <i>instagram </i>juga telah menjadi jembatan menjalankan bisnis sebagai jalan keluar kesulitan ekonomi. Jangan sungkan untuk bermain peran di media sosial, dengan tetap bijak menggunakannya.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02814876240163406893noreply@blogger.com0Ruteng, Watu, Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Tim., Indonesia-8.6143650000000012 120.466499-34.1363995 79.157905 16.907669499999997 161.775093tag:blogger.com,1999:blog-6890525117360192447.post-69102406606834996502016-09-14T20:53:00.000-07:002016-10-14T16:06:58.869-07:00Kenggu, Internet dan Media Sosial<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: normal;">Seperti dalam <a href="http://victorialerrick.blogspot.com/2016/09/mimpi-kemajuan-pendidikan-di-kenggu.html" target="_blank">catatan sebelumnya</a>,<b> Kenggu</b> akan tetap membayangi perjalanan Molas Hombel dimana dan kapan pun <i><a href="http://victorialerrick.blogspot.co.id/" target="_blank"><b>blog </b></a> </i>diupdate. Kenggu, kampung kecil di Desa Cireng, Satar Mese Barat, Manggarai itu adalah misteri penting bagi perjalanan dan kiprah <b><i>Molas Hombel</i></b> di jagat maya. Benar, bahwa Kenggu sudah tak seperti dulu lagi. Dia berkembang maju, seiring berkembangnya pembangunan di Manggarai. Juga, tak ketinggalan, seirama dengan pesatnya perkembangan <b><i>Internet dan Media Sosial</i></b> yang telah mewabah secara global itu.</span><br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://4.bp.blogspot.com/-g2ZWk7t2XnY/V9oR2DhMd5I/AAAAAAAAAlw/bCMz1O45jNYGxhFHtQh8Gyecxfrrod5rACLcB/s1600/Sosial%2BMedia%2Bdi%2BRuteng.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Social Media di Ruteng" border="0" src="https://4.bp.blogspot.com/-g2ZWk7t2XnY/V9oR2DhMd5I/AAAAAAAAAlw/bCMz1O45jNYGxhFHtQh8Gyecxfrrod5rACLcB/s1600/Sosial%2BMedia%2Bdi%2BRuteng.jpg" title="Social Media di Ruteng" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi Infografis logo berbagai jenis sosial media di dunia | Photo: Istimewa</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Di masa itu, kami memang kesulitan mengakses <i>internet dan media sosial</i>. Sejak saat kami tiba di sana, <i>handphone</i> kami sering tak dipakai. Selain karena jaringan penerangan (litrik) yang hanya mengandalkan generator-itu pun tidak terpasang di tempat kami tinggal- juga karena koneksi <i>internet</i> yang menjengkelkan. Kadang muncul, kadang hilang. Lebih banyak hilang-nya.<br />
<br />
Situasi itu juga membuat kami, tiap kali kami pulang ke Ruteng, menganggap iklan perusahaan telekomunikasi dengan jargon <i><b>"Begitu Dekat Begitu Nyata"</b>, </i>pada tahun itu, adalah omong kosong, bohong dan rakus. <i>"Tipu-Tapu</i>", ucap kami merespon iklan itu jika muncul di layar kaca. Tetapi, ya, namanya iklan <i>e</i>, begitu <i>lah </i>cara perusahaan menarik simpati konsumen.<br />
<br />
Di sisi lain, di masa-masa itu, kami menyadari juga betapa distribusi pembangunan khususnya bidang akses informasi dan telekomunikasi sungguh tak adil di negeri <b>Pan-ca-si-la</b> ini. Sila kelima Pancasila bilang: "Keadilan Sosial Bagi seluruh Rakyat Indonesia". "<i>Hah? Adil?"</i>. Terlepas dari itu, selama di Kenggu, persoalan akses komunikasi tak menyuruti semangat pengabdian kami. Pengabdian sebagai guru dan pendidik bagi <b>Sekolah Dasar Inpres (SDI) Kenggu, Cireng, Satar Mese Barat</b>. "Sebab, pengabdian seorang guru tidak bergantung pada koneksi internet". <i>Aseeek</i>.<br />
<br />
Akses internet yang <i>timbul-tenggelam </i>itu, juga menyulitkan kami berselancar di media sosial. <i>Update status </i>di beranda <i>facebook</i> sangat jarang. <i>Blog</i> ini juga akhirnya diparkir sekian lama. <i>upload </i>foto, tak usah bermimpi. Nafsu narsisnya terkubur dalam sekali saat itu. Padahal, keinginan besar kala itu ialah terus mengupdate informasi dan dokumentasi visual selama proses pembelajaran di dalam ruangan kelas <i>via</i> media sosial. <i>Kali aja</i> dengan itu sekolah itu bisa jadi viral atau tenar di media sosial. <i>Hehe</i><br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-UIJWThAhY20/V9oUlLj1MoI/AAAAAAAAAl8/5jVQK2TfUtMjirduv8e680LaeU79Xv43QCLcB/s1600/Sosial%2BMedia%2Bdi%2BRuteng.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Media Sosial di Ruteng" border="0" src="https://1.bp.blogspot.com/-UIJWThAhY20/V9oUlLj1MoI/AAAAAAAAAl8/5jVQK2TfUtMjirduv8e680LaeU79Xv43QCLcB/s1600/Sosial%2BMedia%2Bdi%2BRuteng.png" title="Media Sosial di Ruteng" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Grafik Pengguna Media Sosial di Indonesia| Infografis: Statista</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<span style="font-size: normal;">Hingga saat sekolah itu ditinggalkan, hanya dua file foto yang berhasil tembus di beranda <i>facebook. </i>Konon, di suatu hari, kami diajak mengikuti sebuah resepsi pernikahan di kampung tetangga. Letaknya cukup jauh dari tempat tinggal kami. Kampung itu cukup ramai. Selain karena jumlah penduduknya lebih banyak dari Kampung Kenggu, juga karena letaknya yang tepat berada di ruas <b>jalan Ruteng-Labuan Bajo</b>.<br /><br />Signal internet cukup kencang di sana. Setidaknya untuk mengupload foto di beranda media sosial. Dua foto yang dijepret hari itu pun mendarat di beranda. Kami senang, meskipun setelah beberapa saat berselancar, harus kembali pusing mencari <i>charger</i> handphone. <i>Low Bat.</i> Jika litani kenangan tentang Kenggu, Internet dan Media Sosial kembali dikenang kini, rasa-rasanya, negara ini sungguh tak adil. Kadang, itu yang terpikirkan.<br /><br />Lihat saja, pengguna internet (<i>internet user</i>) di Indonesia semakin hari semakin bertambah. Kini jumlahnya mencapai </span><span style="font-size: normal;"><span style="font-size: normal;">100 juta orang dari kurang lebih 3,424,971,237 jumlah pengguna internet di dunia. </span>Setidaknya, begitu yang dipaparkan <b>Managing Director Google Indonesia</b>, <a href="https://m.tempo.co/read/news/2015/12/30/072731806/kenalkan-tony-keusgen-bos-baru-google-indonesia" target="_blank">Tony Keusgen</a> </span><span style="font-size: normal;"><span style="font-size: normal;">dalam acara <b>Google for Indonesia</b> di Jakarta (09 Agustus 2016). J</span>umlah tersebut meningkat drastis dari tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2014, menurut APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), jumlah pengguna internet mencapai 88,1 juta. Angka tersebut naik dari 71,2 juta di tahun sebelumnya. Pada bulan April 2016, Kementerian Komunikasi dan Informasi menyebut bahwa sebagian besar pengguna internet di Indonesia merupakan <a href="http://www.statista.com/statistics/255235/active-social-media-penetration-in-asian-countries/" target="_blank">pengguna media sosial</a> (<i>Social Media</i>). <a href="https://kominfo.go.id/" target="_blank">Kemenkominfo</a> juga menyebut bahwa peningkatan <a href="http://www.internetlivestats.com/internet-users-by-country/" target="_blank">jumlah pengguna internet di Indonesia</a> bisa terlihat dari tingginya pengguna ponsel pintar (smartphone) di Indonesia yang mencapai 124 juta pengguna.</span><br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://2.bp.blogspot.com/-hgqmm8lmzAs/V9oYSTWdj0I/AAAAAAAAAmE/sF9H0rbCv1EtfOXa5JJT9F0svqZasoQqQCLcB/s1600/Profil%2Bpengguna%2Binternet%2BNusa%2BTenggara%2BTimur.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Profil Pengguna Internet di Nusa Tenggara Timur" border="0" src="https://2.bp.blogspot.com/-hgqmm8lmzAs/V9oYSTWdj0I/AAAAAAAAAmE/sF9H0rbCv1EtfOXa5JJT9F0svqZasoQqQCLcB/s1600/Profil%2Bpengguna%2Binternet%2BNusa%2BTenggara%2BTimur.jpg" title="Profil Pengguna Internet di Nusa Tenggara Timur" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Grafik pengguna internet di Indonesia tahun 2014, hasil kerja sama APJI dan Kemenkominfo</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: normal;"></span></div>
<span style="font-size: normal;"><br />
Peningkatan jumlah pengguna internet ini nyatanya telah mengafirmasi satu hal penting, bahwa pasang-surut peradaban lebih dominan ditentukan oleh internet. Internet tidak hanya berpengaruh dalam menentukan kesuksesan ekonomi seseorang, tetapi juga menentukan relasi, kebersamaan, dan sosialita seseorang. <i>Bisnis online</i> yang semakin menjamur saat ini menegaskan contoh pemanfaatan jaringan internet untuk usaha ekonomi itu.<br /><br /><i>Online shop<b></b></i> tumbuh dengan pesatnya. Konektivitas lintas generasi terjadi dengan dahsyatnya dengan sosial media. <i>Wow!</i> Zaman makin maju. Saya dan anda, tentunya, juga merasakan itu hari ini. Kita terhubung karena internet; <i>social media </i>dan aplikasi online lainnya. Tidak sedikit hal yang terungkap saat kita terkoneksi di jaringan internet. Paling mendasar, kita semakin saling mengenal karakter.<br /><br />Dengan berbagai perkembangan itu, kecemburuan sebagai anak bangsa yang tinggal di <a href="http://victorialerrick.blogspot.com/2016/09/kota-ruteng-panggil-pulang.html" target="_blank">Kota Kecil, Ruteng</a> pun menyeruak di dalam diri. Kadang-kadang, saya berpikir, <i>jangan-jangan kami bukan bagian dari Indonesia.</i> </span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02814876240163406893noreply@blogger.com1Ruteng, Watu, Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Tim., Indonesia-8.6143650000000012 120.466499-34.1363995 79.157905 16.907669499999997 161.775093tag:blogger.com,1999:blog-6890525117360192447.post-80130397653820707182016-09-12T20:20:00.000-07:002016-10-14T16:06:58.875-07:00Tips Menghadapi Murid Nakal di Kelas<div style="text-align: justify;">
Sebagai guru, apalagi guru <a href="http://victorialerrick.blogspot.co.id/p/tentang-molas-hombel.html" target="_blank"><b>sekolah dasar</b></a>, sangat lah perlu memiliki segudang cara dan <b><i>tips menghadapi murid nakal di kelas</i></b>, khususnya saat pelajaran sedang berlangsung. Sebab, kadang-kadang, jika tidak ditangani secepat mungkin dan dengan cara yang tepat, situasi pembelajaran akan sangat terganggu dan tidak efektif.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://3.bp.blogspot.com/-fPytBTUP8wc/V9dmbW9gZPI/AAAAAAAAAks/tq7_r2ngh7saJstTZcwVOoFj6NVysaDVwCLcB/s1600/TIPS%2BMENGHADAPI%2BMURID%2BNAKAL.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Tips Menghadapi Murid Nakal di Kelas" border="0" src="https://3.bp.blogspot.com/-fPytBTUP8wc/V9dmbW9gZPI/AAAAAAAAAks/tq7_r2ngh7saJstTZcwVOoFj6NVysaDVwCLcB/s1600/TIPS%2BMENGHADAPI%2BMURID%2BNAKAL.jpg" title="Tips Menghadapi Murid Nakal di Kelas" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tips Menghadapi Murid Nakal di Kelas | Designed by: <a class="g-profile" href="https://plus.google.com/104320880113101299760" target="_blank">+Molas Hombel</a> </td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Secara sederhana, <b>Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)</b> <i>daring</i> mendefenisikan kata <b>"nakal"<i></i></b> seperti berikut;<b> Nakal<i></i></b>: suka berbuat kurang baik <i>(tidak menurut, mengganggu, dan sebagainya, terutama bagi anak-anak). </i>Murid (kadang-kadang) disebut nakal karena sering mengganggu temannya selama pelajaran berlangsung, tidak mendengarkan pemaparan materi dari guru, tidur-tiduran, mengajak temannya ngobrol selama pelajaran berlangsung, mengajukan pertanyaan yang tidak sesuai konteks atau tema pelajaran yang disajikan gurunya, tidur selama jam pelajaran berlangsung, melawan guru saat diberikan pembinaan, dan berbagai bentuk tindakan lainnya yang mengganggu warga kelas yang sedang mendengar pelajaran.<br />
<br />
Perilaku nakal di dalam kelas, sering sekali dijumpai pada perilaku siswa di Sekolah Dasar. Saya memiliki <a href="http://victorialerrick.blogspot.co.id/2016/09/mimpi-kemajuan-pendidikan-di-kenggu.html" target="_blank">sejumlah pengalaman</a> menghadapi kondisi pembelajaran yang terganggu gara-gara adanya perilaku nakal murid selama pelajaran berlangsung. Tindakan mereka sangat mengganggu situasi pelajaran dan membuat penyajian materi pelajaran harus diulang kembali. Tentu, sebagai manusia biasa, emosi bisa saja meledak seketika saat pelajaran diganggu oleh tindakan nakal seorang murid.<br />
<br />
Tetapi, meskipun situasi pembelajarannya terganggu oleh tindakan-tindakan nakal dari murid di dalam kelas, seorang guru senantiasa dituntut untuk bersikap sabar, rendah hati dan mampu mengendalikan situasi tersebut dengan baik. Seorang guru harus tetap tenang dan fokus pada tujuan penyajian materi.<br />
<br />
<h3>
Alasan Siswa Sekolah Dasar Nakal</h3>
Dalam <i>psikologi pendidikan</i>, tentu kita mengenal tahapan-tahapan perkembangan anak. Mulai dari dia kanak-kanak, hingga dewasa. Bagi seorang guru, mengenal tahapan perkembangan anak secara komprehensif sangat membantu dirinya menemukan solusi atas tindakan-tindakan murid di dalam kelas yang mengganggu proses pembelajaran.<br />
<br />
Di sekolah dasar, perilaku siswa yang nakal di dalam kelas saat jam pelajaran berlangsung tentu berkaitan erat dengan perkembangan usia mereka, yang mana lebih didominasi keinginan untuk bermain dan bercengkerama dengan teman-temannya. Mereka tidak terlalu betah di dalam kelas jika mereka hanya duduk dan mendengar penjelasan dari gurunya.<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://3.bp.blogspot.com/-H3jFb8zV5ug/V9dsiOD9f0I/AAAAAAAAAlI/7yZt5QkPslocOkGueB73NcZ8gzFJBkeAgCLcB/s1600/Murid%2BSekolah%2BDasar%2BNakal.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Tips Menghadapi Murid Nakal di Kelas" border="0" src="https://3.bp.blogspot.com/-H3jFb8zV5ug/V9dsiOD9f0I/AAAAAAAAAlI/7yZt5QkPslocOkGueB73NcZ8gzFJBkeAgCLcB/s1600/Murid%2BSekolah%2BDasar%2BNakal.jpg" title="Tips Menghadapi Murid Nakal di Kelas" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Seorang anak Sekolah Dasar sedang mengikuti pelajaran di ruangan kelas | Photo: Hendra Prabowo (Flickr)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya sering sekali mengalami <a href="http://victorialerrick.blogspot.co.id/2016/09/mimpi-kemajuan-pendidikan-di-kenggu.html">situasi kelas</a> yang terganggu karena ulah dan tindakan beberapa orang murid yang sangat mengganggu suasana pelajaran selama pelajaran berlangsung. Beberapa tindakan mereka, misalnya; mengganggu teman sebangku yang sedang asyik mendengar pelajaran, menggambar sesuatu yang muncul dalam pikirannya saat guru sedang berbicara, tidur saat pelajaran berlangsung, bahkan ada yang memukul temannya saat jam pelajaran berlangsung.<br />
<br />
Akibatnya, situasi kelas menjadi gaduh, konsentrasi murid lainnya menjadi terganggu-tidak lagi mendengar penyajian materi yang dipaparkan guru dan pelajaran akhirnya harus ditunda beberapa saat karena sang guru harus memberi pembinaan terhadap murid yang menyebabkan situasi itu di dalam kelas. Situasi-situasi tersebut tidak hanya terjadi satu kali. Saban hari, guru selalu menemukan situasi tersebut di dalam kelas.<br />
<br />
<h3>
Tips Sederhana Menghadapi Murid Nakal</h3>
Seorang guru tentu perlu memiliki strategi yang tepat untuk menghadapi murid nakal di dalam kelas. Strategi yang diterapkan para guru bisa saja variatif, dikondisikan dengan tempat, lingkungan dan konteks situasi yang terjadi.<br />
<br />
Meskipun berbeda cara, namun, setidaknya apa yang pernah saya alami dan saya lakukan terhadap murid saya sedikit menambah daftar strategi dan tips menghadapi murid nakal yang telah anda miliki dan anda terapkan selama ini. Mari kita mulai dengan tips sederhana menghadapi murid nakal;
<br />
<br />
<h4>
Mengenal Karakter dan Latar Belakang Murid yang Nakal</h4>
Saya sangat yakin, semua guru di dunia sangat mengenal karakter setiap murid yang dididiknya. Apalagi seorang guru kelas di Sekolah Dasar. Seorang Guru SD biasanya memiliki daftar muridnya yang memiliki kecenderungan yang tinggi dalam berperilaku nakal di dalam kelas. Dengan mengenal karakter murid yang nakal itu, maka seorang guru langsung mengetahui strategi apa yang diterapkan.<br />
<br />
Misalnya, murid saya, sebut saja namanya <i>Randi</i>, adalah seorang yang sangat aktif dalam berbicara. Dia suka <i>ngobrol</i> dengan teman-temannya. Di rumahnya, dia sangat dimanjakan oleh orang tuanya. Dia senang mencoba hal-hal yang baru, yang dia temukan di lingkungannya. Di dalam kelas, tentu keaktifan berbicara itu akan dia lakukan dengan teman-temannya meskipun saat pelajaran sedang berlangsung, dan teman-temannya sedang mendengarkan pemaparan materi pelajaran dari guru di depan kelas.<br />
<br />
<h4>
Meminta Murid Nakal Menjelaskan Ulang Materi yang Dipaparkan Guru</h4>
Saat pelajaran tengah berlangsung dan seorang guru melihat dan mendapati murid nakal tengah mengganggu murid yang lain, seorang guru langsung memanggil nama murid tersebut dan meminta dia mengulangi apa yang baru saja disampaikan guru.<br />
<br />
Misalnya: “Randi, coba kamu ulangi apa yang baru saja ibu jelaskan”<br />
<br />
<i>Tips</i> ini bisa saja dilakukan dalam dua bentuk. <i>Pertama</i>, meminta murid tersebut mengulangi apa yang disampaikan guru secara lisan, dan, <i>Kedua</i>, murid tersebut diminta menuliskan di papan tulis apa yang disampaikan gurunya.<br />
<br />
Pengalaman saya, cara itu cukup ampuh untuk menghentikan perilaku murid yang nakal di dalam kelas saat pelajaran berlangsung. Saat dia berhenti melakukan perbuatannya, seorang guru langsung memberi pembinaan agar perbuatannya tidak diulangi lagi.<br />
<br />
“Jangan nakal lagi di dalam kelas. Kalau guru sedang memberi penjelasan, kamu dengarkan apa yang guru sampaikan. Saya minta Randi tidak mengulangi perbuatan tadi”<br />
<br />
<h4>
Meminta Murid Nakal Berpindah Tempat Duduk</h4>
Cara ini duduk pada pemahaman, bisa saja murid yang nakal di dalam kelas juga karena pengaruh temannya yang duduk berdekatan. Misalnya, karena mereka sering bermain bersama di luar kelas, atau karena teman yang berdekatan itu adalah teman akrabnya. Murid yang nakal tadi diminta untuk berpindah tempat duduk, misalya ke tempat duduk yang lebih dekat dengan gurunya.<br />
<br />
<h4>
Guru Menjedahi Materi Pelajaran dengan Game</h4>
Bagi seorang guru SD, game sangat penting untuk mendinamisasi situasi di dalam kelas. Tujuannya, agar pelajaran tidak terasa membosankan dan jenuh. Sebab, kadang-kadang, murid sekolah dasar dapat menemukan semangatnya untuk menemukan pelajaran setelah diajak bermain dalam sebuah game (permainan) yang dikreasikan gurunya.<br />
<br />
Guru juga bisa menggunakan game untuk menghentikan perilaku murid yang nakal di dalam kelas. Meskipun, dalam beberapa kasus, seorang guru kadang terkesan mengabaikan murid yang tadinya melakukan perbuatan nakal di dalam kelas. Padahal, sebenarnya, tidak lah demikian. Guru tentu tahu dan melihat aksi nakal muridnya selama jam pelajaran berlangsung.<br />
<br />
Namun, juga diperlukan otokritik dalam diri guru dengan asumsi sederhana bahwa penyebab murid nakal di dalam kelas juga karena metode pengajaran gurunya membosankan dan membuat muridnya jenuh. Untuk hal tersebut, silahkan memilih <i>game</i> yang paling cocok dengan situasi kelas anda dan dimainkan pada saat ada aksi nakal yang dilakukan murid.<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-XnXqSnIMbjw/V9ds_Ht34vI/AAAAAAAAAlM/LlBErT2FOXMiSw-UNk8B4Lhsc2xZMS-uACLcB/s1600/Murid%2BSDK%2BCewonikit%2BRuteng.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Tips Menghadapi Murid Nakal di Kelas" border="0" src="https://1.bp.blogspot.com/-XnXqSnIMbjw/V9ds_Ht34vI/AAAAAAAAAlM/LlBErT2FOXMiSw-UNk8B4Lhsc2xZMS-uACLcB/s1600/Murid%2BSDK%2BCewonikit%2BRuteng.jpg" title="Tips Menghadapi Murid Nakal di Kelas" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto bersama dengan para penari SDK Cewonikit Ruteng pada 17 Agustus 2016 | Photo: <a class="g-profile" href="https://plus.google.com/104320880113101299760" target="_blank">+Molas Hombel</a> </td></tr>
</tbody></table>
<br />
<h4>
Lakukan Pendekatan dengan Orang Tua Murid</h4>
Saya percaya, perkembangan seorang kognitif dan afektif seorang murid tidak hanya bergantung sepenuhnya terhadap pendekatan akademik di sekolah. Lingkungan sosial dan keluarga juga memiliki pengaruh yang kuat terhadap perkembangan anak. Oleh karena itu, dalam menghadapi murid yang sering nakal di dalam kelas, saya juga menerapkan metode pendekatan terhadap kedua orang tuanya. Dengan pengecualian, tindakan nakal di dalam kelas dari si murid dilakukan berulang-ulang dan setelah mendapat teguran atau pembinaan dari saya sebagai guru.<br />
<br />
Pendekatan terhadap orang tuanya bertujuan agar orang tuannya juga mengetahui situasi dan perilaku anaknya di sekolah. Sehingga, harapannya, melalui pendekatan komunikatif dan persuasif tersebut, orang tua murid dapat turut membantu memberikan dorongan dan perbaikan terhadap murid yang nakal tersebut.<br />
<br />
<h4>
Meminta Bantuan Guru Bimbingan Konseling</h4>
Untuk menangani perilaku murid yang nakal, saya juga sering meminta bantuan dan dukungan dari guru yang membidangi Bimbingan Konseling di sekolah. Pola ini beberapa kali <a href="http://victorialerrick.blogspot.co.id/">saya terapkan</a> dan ternyata cukup manjur untuk memperbaiki sikap murid yang sering nakal di dalam kelas.<br />
<br />
Oleh pihak bimbingan konseling, murid yang nakal tersebut diberikan motivasi dan penguatan karakter (baca: pembinaan) agar tidak mengulangi perbuatannya dan menjadi murid teladan, disiplin dan patuh terhadap gurunya.<br />
<br />
Rekan-rekan sekalian, demikianlah catatan tak penting tentang <i>tips menghadapi murid yang nakal di dalam kelas<b></b></i> ini.<br />
<br />
Semoga bermanfaat. </div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02814876240163406893noreply@blogger.com0Ruteng, Watu, Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Tim., Indonesia-8.6143650000000012 120.466499-34.1363995 79.157905 16.907669499999997 161.775093tag:blogger.com,1999:blog-6890525117360192447.post-37657259139265680602016-09-10T02:22:00.001-07:002016-10-14T16:06:58.838-07:00Mimpi Kemajuan Pendidikan di Kenggu<div style="text-align: justify;">
<b>Kenggu</b> akan tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan di <i><a href="http://victorialerrick.blogspot.co.id/">Molas Hombel</a></i>. Ia membekas, tidak hanya di tulisan tetapi juga di pelukan ingatan. Di Kenggu juga pernah ada <b>mimpi kemajuan pendidikan</b>, yang terefleksi dari pengalaman langsung di SDI Kenggu, tempat saya pertama kali mengabdikan diri sebagai guru. <br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://4.bp.blogspot.com/-GGKswpWAU0A/V9PI9qoFnFI/AAAAAAAAAik/RWvMlSp8PqY9rkQ15PpBgdCzrx_8NgaowCLcB/s1600/Kemendikbud%2BSDI%2BKenggu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="SDI Kenggu Manggarai" border="0" src="https://4.bp.blogspot.com/-GGKswpWAU0A/V9PI9qoFnFI/AAAAAAAAAik/RWvMlSp8PqY9rkQ15PpBgdCzrx_8NgaowCLcB/s1600/Kemendikbud%2BSDI%2BKenggu.jpg" title="SDI Kenggu Manggarai" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sekolah Dasar Inpres (SDI) Kenggu, Kecamatan Satar Mese Barat, Kab. Manggarai-Flores| Photo: Kemendikbud.go.id</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Usai menyelesaikan studi di perguruan tinggi, saya bekerja menjadi guru di sebuah <b>Sekolah Dasar (SD)</b> di desa yang cukup jauh dari <a href="http://victorialerrick.blogspot.com/2016/09/kota-ruteng-panggil-pulang.html" target="_blank"><i>Ruteng, Manggarai</i>.</a> Di desa itu hanya ada satu sekolah dasar. Bangunan sekolah itu sudah tua. Atapnya banyak yang rusak. Padahal, sekolah itu menampung murid dari kurang lebih empat anak kampung di desa itu. Kondisi sekolah itu jauh berbeda dengan sekolah dasar yang berada di tempat tinggal saya, Ruteng.<br />
<br />
Di Ruteng, sebagian besar bangunan sekolahnya bagus, rapi. Kalau rusak, pasti segera diperbaiki-mendapat bantuan dari pemerintah daerah dalam waktu yang cepat dan diperbaiki secepat mungkin. Setidaknya, itu yang klik di kepala saat hari pertama tiba di desa itu, Juni 2008.<br />
<br />
Jaringan penerangan (baca: listrik) belum tersambung. Jangan <i>lah</i> kita bicara jaringan <i>Broadband, WiFi</i> di sekolah itu. Tidak ada jaringan <i>internet</i> sekaliber itu di sana. <br />
<br />
Di dalam kelas, terlalu naïf untuk mengharapkan adanya laptop dan proyektor sebagai pendukung pembelajaran, sebagaimana yang dipakai guru-guru SD di banyak tempat lain di Indonesia. Di sekolah itu, kami masuk, berdiri di depan kelas, mengajar sambil menulis di <i>“papan tulis hitam”</i>, menjelaskan materi pelajaran dengan suara yang cukup keras. Saat kami menulis, murid-murid mencatat. Begitulah pendidikan itu terjadi di dalam kelas saban harinya di sana.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://4.bp.blogspot.com/-w-Jv0iNXim4/V9PKOciQGaI/AAAAAAAAAiw/Uw5NhDoKXIYILBK6W1Aw8b9lwQDQaxfigCLcB/s1600/Pelangi%2BKenggu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Wilayah Kenggu Manggarai" border="0" src="https://4.bp.blogspot.com/-w-Jv0iNXim4/V9PKOciQGaI/AAAAAAAAAiw/Uw5NhDoKXIYILBK6W1Aw8b9lwQDQaxfigCLcB/s1600/Pelangi%2BKenggu.jpg" title="Wilayah Kenggu Manggarai" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pelangi di Kebun warga Kenggu | Photo: Istimewa</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Selama di sana, saya tinggal di sebuah rumah milik sekolah. Rumah itu sudah lama dibangun pihak sekolah untuk keperluan tempat tinggal guru pegawai negeri sipil yang ditugaskan di sekolah itu. Letakknya persis di bagian timur sekolah. Konon, kisah warga setempat, pembangunan rumah itu adalah salah satu bentuk program peningkatan kesejahteraan guru pada <i>era</i> Presiden Soeharto. Di rumah itu, saya tinggal dengan seorang rekan guru. Perempuan. Ia seangkatan saya di kampus, bahkan telah bersahabat lama sejak di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).<br />
<br />
Kami berdua sama-sama tidak berasal dari desa tersebut. Rumah kami semuanya di Ruteng, ibukota Kabupaten Manggarai. Kami pulang ke Ruteng hanya saat liburan. Jarang sekali kami menghabiskan akhir pekan kami di Ruteng. Kami merasa betah di desa itu. Bahkan, kami sangat senang jika mendapat undangan dari warga sekitar untuk menghadiri acara pernikahan atau acara-acara lain di kampung sekitar. Dengan begitu, kami semakin mengenal wilayah itu, mengakrabkan diri dengan warga kampung sekitar dan mengambil bagian dalam keseharian mereka.<br />
<br />
Awal tiba di sana, jujur, kami memang sering geram. Signal handphone susah. Apalagi biara internet. Kami sulit berkomunikasi dengan sahabat via telephone. Pun jika bisa terhubung, hanya pada malam hari. Itu pun, kadang hilang, kadang muncul signalnya. Jangan bicara soal media sosial yang saat itu sedang jadi trend kalangan bujang untuk berkomunikasi dengan banyak sahabat. Ah, jauh sekali dari urusan <b>media sosial</b> di tempat itu. Itulah alasannya, mengapa beranda <i>facebook</i> dan <i>twitter</i> saya tak banyak menyimpan kenangan selama di Kenggu. Apalagi <i>nge-blog</i>. Padahal, <b>Molas Hombel</b> sudah ada saat itu. Media sosial hanya bisa diakses saat kami pulang ke Ruteng.<br />
<br />
Kami tak banyak komentar dengan situasi di rumah maupun di sekolah yang serba kekurangan itu. Kami sungguh menikmati semua yang tersedia di sana. Kami bahkan mulai merasa betah dan akrab dengan warga setempat. Inspirasi dan latarbelakangnya cerita-cerita orang tua yang telah terbenam lama di kepala, tentang sekolah, tentang pendidikan dan tentang perkembangan guru-guru zaman mereka. Alm. ayah sering membungkus situasi itu dengan kalimat, <i>“Dulu, diiznkan sekolah oleh orang tua saja syukur dan girangnya minta ampun.” </i><br />
<br />
Ayah jelas benar soal itu. Dulu, di era mereka, kesadaran banyak orang akan pentingnya pendidikan masih minim. Sekolah bahkan dianggap omong kosong, pendidikan hanya membebani para orang tua. Kesadaran itu perlahan patah seiring masuknya misionaris-misionaris Katolik di daratan Flores dan Timor pada awal abad ke 19. Mereka membangun sekolah-sekolah, mewartakan Injil dan menumbuhkan kesadaran pentingnya pendidikan. Meski serba sulit dan penuh kekurangan, harus diakui, proses pendidikan era itu telah bersumbangsih besar bagi <b>Flores, NTT</b> hari ini.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://4.bp.blogspot.com/-59RI53HaT50/V9PLs8QxOlI/AAAAAAAAAjE/bFyJxmKPFnsjwPrgIZg-vvyTHfyomY9jwCLcB/s1600/Susan%2BK%2BFoto%2BKenggu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Anak-Anak Kenggu Manggarai" border="0" src="https://4.bp.blogspot.com/-59RI53HaT50/V9PLs8QxOlI/AAAAAAAAAjE/bFyJxmKPFnsjwPrgIZg-vvyTHfyomY9jwCLcB/s1600/Susan%2BK%2BFoto%2BKenggu.jpg" title="Anak-Anak Kenggu Manggarai" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tiga bocah sedang asyik duduk di pinggir sawah di Manggarai, Flores. | Photo: Susan K (Flickr)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
Dalam berbagai kesempatan, selama mengajar di sana, diskusi tentang kemajuan sekolah sering mengemuka di kalangan guru-guru. Sambil meyeruput kopi saat rehat, kami merencanakan cara-cara tertentu untuk memajukan sekolah itu. Minimal, kondisi sekolahnya bisa diperbaiki dan adanya penambahan fasilitas pembelajaran. Terkhusus, buku-buku pelajaran. Namun, terusterang, berbagai ide kemajuan sekolah itu tak pernah ada yang berwujud realita, bahkan hingga saya meninggalkan sekolah itu pada Juli, 2009, tak ada tanda-tanda berkat kebijakan pemerintah setempat bagi sekolah itu. Saya akhirnya meninggalkan sekolah itu setelah saya diterima bekerja di <b>SDK Cewonikit Ruteng</b>, tempat saya mengabdi saat ini. Saya mulai mengabdi di sekolah ini sejak Januari 2010.<br />
<br />
<h3>
Imaji Kemajuan</h3>
Waktu kuliah, istilah <i>transfer knowledge</i> sering sekali masuk di telinga. Jika dikontekskan dengan urusan kependidikan, saya membayangkan situasi dimana murid-murid saya bisa lebih banyak mendapat tambahan <i>transfer knowledge</i> di luar sekolah. Dari orang tua, teman dan lingkungannya. Tentunya, hal itu sangat membantu mereka untuk memahami pelajaran di sekolah yang didapatkan dari para guru. Dampaknya, materi pelajaran yang didapatkan di sekolah bisa lebih cepat dipahami oleh setiap murid. Tetapi, apa mau dikata, itu hanya imaji. Asa yang batal jadi realita.<br />
<br />
Murid-murid saya adalah anak-anak desa. Hampir sebagian besar lahir dari orang tua yang bermata pencaharian bertani. Petani tradisional. Latar belakang pendidikan orang tuanya juga rata-rata tak mampu mengimbangi tuntuan kemajuan pembelajaran anak-anaknya. Artinya, tumpuan terbesar peningkatan kemampuan kognitif dan afektif adalah di sekolah, di tangan para guru di sekolah. Kemampuan kognitif berkaitan dengan kemampuan berpikir, sementara kemampuan afektif berkaitan dengan sikap, nilai, perilaku dan emosi. Padahal, bukankah perkembangan pendidik harus juga perlu melibatkan peran orang tua?<br />
<br />
Bahkan, jika dihitung, anak-anak sekolah lebih banyak waktunya bersama orang tua di rumah. Di sekolah, mereka bersama guru dan teman-temannya tidak lebih dari 8 jam. Dari pukul 07.00-pukul 13.00 WITA. Untuk itu, kerja keras, kreativitas, kesabaran dan konsistensi para guru menjadi tuntutan.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://2.bp.blogspot.com/-pnYP_0fvLcw/V9PNYXI4-aI/AAAAAAAAAjc/sxyFKd6kf0UX7736HemdJl0WZi_gKicbwCLcB/s1600/Murid%2BTKK%2BMenari.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Tarian Tradisional Manggarai Flores" border="0" src="https://2.bp.blogspot.com/-pnYP_0fvLcw/V9PNYXI4-aI/AAAAAAAAAjc/sxyFKd6kf0UX7736HemdJl0WZi_gKicbwCLcB/s1600/Murid%2BTKK%2BMenari.jpg" title="Tarian Tradisional Manggarai Flores" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tarian tradisional Manggarai, Flores dipentaskan beberapa anak | Photo: Passioniste (Fickr)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Dengan kondisi sekolah dan lingkungan yang seperti itu, para guru, berusaha keras menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dan mampu menjawab tuntutan kontekstual murid dan sekolah itu. Selain metode, faktor bahasa yang digunakan selama pelajaran juga sangat menentukan efektifitas pembelajaran. Terusterang, kami harus sering menggunakan bahasa daerah, Bahasa Manggarai, dalam menyajikan bahan pelajaran. Sedikit sekali waktunya untuk menggunakan <b>Bahasa Indonesia</b>. Sebab, realita murid di sekolah itu lebih dominan menggunakan bahasa daerah dalam kesehariannya dari pada menggunakan bahasa Indonesia. Saat mereka di rumah atau di lingkungannya, mereka bahkan tak pernah menggunakan Bahasa Indonesia. Mereka lebih sering menggunakan <b>Bahasa Manggarai</b>.<br />
<br />
Demikian pula saat di sekolah, khususnya di dalam kelas. Dalam percakapan dengan teman-temannya, mereka tidak menggunakan Bahasa Indonesia. Mereka menggunakan <i>Bahasa Manggarai</i>. Ya, kira-kira begitu <i>lah</i> saban hari situasi di sekolah itu. Selain urusan bahasa, lingkungan desa itu bukan lingkungan melek <i>internet</i>. Pengguna smartphone tidak banyak. Warnet? <i>Oalah</i>, jangan lah ditanyakan. Nihil. Ya, bagaimana bisa akses <i>internet</i>, listrik saja susah. Jauh lah perbedaanya dengan lingkungan anak sekolah di Jawa dan Bali, bukan?<br />
<br />
Guru-guru di sekolah itu juga tak banyak yang menggunakan <i>smartphone.</i> Padahal, jika dipikirkan, sebagian besar informasi dan perkembangan pendidikan-termasuk kebijakan pendidikan nasioal-selalu <i>viral</i> lewat internet, bukan? Kondisi itu seakan-akan membuat kami memandang kemerdekaan hanya sebagai dongeng sejarah. Bukan realita kekinian.<br />
<br />
<i>Bersambung</i></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02814876240163406893noreply@blogger.com0Ruteng, Watu, Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Tim., Indonesia-8.6143650000000012 120.466499-34.1363995 79.157905 16.907669499999997 161.775093tag:blogger.com,1999:blog-6890525117360192447.post-84486845686327308852016-09-06T06:28:00.000-07:002016-10-14T16:06:58.881-07:00Molas Hombel Menulis<div style="text-align: justify;">
<b>Pramoedya Ananta Toer</b>, penulis tersohor itu pernah bilang begini; <i>“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”</i> Sebagai seorang yang tak memiliki kemampuan menulis, saya memang kadang cemburu dengan mereka yang memiliki hobi dan kemampuan besar dalam urusan tulis menulis. Mereka mampu memberi dorongan dan inspirasi terhadap dunia hanya dengan ukiran kata-kata.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://3.bp.blogspot.com/-LsDb6YCGpo0/V86_XzdDQhI/AAAAAAAAAdc/zEYTxbvtoVEE0DqvQ8iFpiZ2H3WiTTsNwCLcB/s1600/Molas%2BHombel%2BMenulis.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Molas Hombel Menulis" border="0" src="https://3.bp.blogspot.com/-LsDb6YCGpo0/V86_XzdDQhI/AAAAAAAAAdc/zEYTxbvtoVEE0DqvQ8iFpiZ2H3WiTTsNwCLcB/s1600/Molas%2BHombel%2BMenulis.jpg" title="Molas Hombel Menulis" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sedang menyelesaikan materi pendidikan untuk sekolah| Photo: Ian Lerrick (2012)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Bulan lalu, saya kedatangan tamu. <a href="http://victorialerrick.blogspot.co.id/2015/12/yang-tak-pernah-terlupakan.html">Seorang sahabat karib</a> yang sudah dianggap sebagai saudara datang berkunjung ke rumah, di Hombel-Ruteng. Banyak hal yang dibagikan, dikisahkan saat itu. Dari urusan karir hingga urusan pasangan hidup, pecah dalam diskusi itu. Nostalgia masa lalu dan kelakuan konyol masa-masa SMA juga mengalir dalam obrolan kami.<br />
<br />
Di tengah obrolan itu, saya coba melempar tema soal urusan tulis menulis. Kepentingan saya sebenarnya hanya agar <b>“Molas Hombel”<a href="http://victorialerrick.blogspot.co.id/"></a></b> ini tidak kosong, terisi dan ramai dengan narasi-narasi baru.<br />
<br />
Ada ide nakal saat kami <i>ngobrol</i>, membuat semacam <i>gerakan menulis di Ruteng</i>. Konsepnya, dengan mengajak beberapa teman perempuan lainnya untuk ikut menulis tema-tema seputar dunia perempuan. Menulis tentang isu-isu gender, kesehatan wanita dan perempuan dalam pembangunan lokal. Kira-kira begitu lah. Tetapi, <i>ole</i>, saya harus jujur<i> e</i>. Saya nihil pengetahuan untuk urusan begitu. Temanya terlalu berat, terlalu luas dan butuh banyak referensi. Tujuannya, selain mengasah kemampuan menulis, dengan itu kami juga coba mengungkap banyak kegelisahan sosial dari sudut pandang perempuan Manggarai.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-scUfumKmgEg/V87BRNX2ihI/AAAAAAAAAds/2tehXVQWpNUniXymOYx4yhbOO0-MOI-cQCLcB/s1600/Molas%2BHombel%2BProfil.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Molas Hombel" border="0" src="https://2.bp.blogspot.com/-scUfumKmgEg/V87BRNX2ihI/AAAAAAAAAds/2tehXVQWpNUniXymOYx4yhbOO0-MOI-cQCLcB/s1600/Molas%2BHombel%2BProfil.jpg" title="Molas Hombel" /></a></div>
<br />
Kami setuju untuk mengaksikan ide itu. Dimulai dengan mencatat (<i>listing</i>) tema tulisan yang akan dikupas sepekan setelahnya. Tentu, yang cukup sulit adalah mencari bahan bacaan tambahan agar menambah bobot tulisan itu nantinya.<br />
<br />
Secara pribadi, saya cukup serius dengan ajakan untuk aktif di dunia kepenulisan ini. Apalagi jika mengingat usia <i>“Molas Hombel”</i> yang sudah cukup lama, dengan konten yang amat sedikit, sisi kanan dan kirinnya juga masih berantakan. Ajakan ini benar-benar menyenangkan saya dan memacu saya untuk melatih dan terus melatih menuangkan ide dalam tulisan.<br />
<br />
Urusan kesalahan, tentu tak perlu ditakuti. Kata <b>Stephanie Perkins</b>, <i>“Everyone makes mistakes. The important thing is to not make the same mistake twice.”</i> Setiap orang pasti melakukan kesalahan. Namun, yang paling penting adalah tidak melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Pesannya, kesalahan yang kita lakukan adalah pintu untuk masuk ke dalam fase perbaikan diri, refleksi dan menemukan solusi yang lebih tepat dari sebelumnya.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://3.bp.blogspot.com/-Lvz75zjhsUI/V86_7kBhR_I/AAAAAAAAAdg/0sActu4V9tg-1bJ_oXpRaM2Zm3qAnIApgCLcB/s1600/Molas%2BHombel%2BMulai%2BMenulis.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Anyaman Writing Write Molas Hombel" border="0" src="https://3.bp.blogspot.com/-Lvz75zjhsUI/V86_7kBhR_I/AAAAAAAAAdg/0sActu4V9tg-1bJ_oXpRaM2Zm3qAnIApgCLcB/s1600/Molas%2BHombel%2BMulai%2BMenulis.jpg" title="Anyaman Writing Write Molas Hombel" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Writers Write| Photo: Relaxolotl (Flickr)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Apalagi, jika mengingat identitas sebagai perempuan Manggarai, yang (katanya) amat dinantikan perannya dalam pembangunan Manggarai. Mungkin, itu juga yang selalu buat saya bangga dengan kakak-kakak perempuan, senior di kampus waktu kuliah dulu, atau tokoh-tokoh perempuan dunia yang tampil membanggakan di depan publik, jadi politisi, aktivis, presenter, pegiat LSM, bahkan ada yang tembus jadi pemimpin negara.<br />
<br />
Di <a href="http://www.merdeka.com/dunia/empat-perempuan-muslim-paling-berpengaruh-di-abad-21/ratu-nur-dari-yordania.html">kancah internasional</a>, sebut saja, <b>Suraya Pakzad</b> asal Afghanistan, seorang pegiat LSM, tokoh <b>Organisasi Suara Perempuan</b> di Afganistan. Ada juga <b>Soreh Aghdaslo</b> yang menjadi perempuan Iran pertama masuk dalam nominasi aktris pendukung terbaik penghargaan film bergengsi sejagat <b>Oscar</b> pada 2003. <br />
<br />
Lalu, ada <b>Ratu Nur dari Yordania</b>, seorang janda dari almarhum <i>Raja Hussein</i>. Dia lulusan <b>Universitas Priceton Amerika Serikat</b>, seorang penulis, diplomat, dan tokoh Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dikenal sebagai pakar politik <i>Timur Tengah</i>.<br />
<br />
Ada juga <b>Azar Nafisi</b> yang mampu mempengaruhi sejagat lewat karya tulis. Dia berasal dari Iran, penulis buku <b>Membaca Lolita</b> di Teheran <i>(Reading Lolita in Tehran)</i>. Buku itu mengisahkan perjuangan perempuan di <b>negara-negara Islam </b>untuk mendapat hak-hak mereka. Keempat nama itu, pernah meramaikan sejumlah kolom media massa dunia sebagai empat perempuan Muslim paling berpengaruh di abad 21.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://2.bp.blogspot.com/-apHArxdjj9s/V87ARt2UckI/AAAAAAAAAdk/rpP4sKae7cs_UW_3Hj696hPrvYAatxg1ACLcB/s1600/Menulis%2Bdi%2BMolas%2BHombel.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Sekolah Minggu Gmit Imanuel Ruteng" border="0" src="https://2.bp.blogspot.com/-apHArxdjj9s/V87ARt2UckI/AAAAAAAAAdk/rpP4sKae7cs_UW_3Hj696hPrvYAatxg1ACLcB/s1600/Menulis%2Bdi%2BMolas%2BHombel.jpg" title="Sekolah Minggu Gmit Imanuel Ruteng" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kegiatan pendampingan anak-anak sekolah Minggu GMIT Imanuel-Ruteng| Photo: Ian Lerrick</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Di Amerika, kini, ada <b>Hillary Clinton</b>, ada <b>Michelle Obama</b>, yang hampir saban hari membagikan pengalaman mereka di berbagai bidang kerja. Atau, <a href="http://lipsus.kompas.com/topikpilihanlist/4106/1/Surat-surat.Kartini">kisah heroik dan patriotik RA. Kartini</a> pada abad 19. Pada masanya, Kartini banyak memberikan kritik terhadap kondisi sosial masyarakat yang kerap menempatkan dan memperlakukan perempuan tidak setara dengan kaum laki-laki. Beberapa hal yang selalu ditentang oleh Kartini adalah soal perkawinan anak di bawah umur dan<i> poligami</i>. Itu bisa dilihat dari sejumlah surat yang ditulis oleh Kartini.<br />
<br />
Dalam tulisannya,<i> Kartini</i> menegaskan kaum perempuan harus berani mengemukakan gagasannya untuk memberikan pemikiran alternatif yang selama ini lebih didominasi oleh kaum laki-laki. <b>Perlawanan Kartini</b> dilakukannya dengan potongan-potongan tulisan (surat, zaman itu). Apa yang dilakukan Kartini di masa itu, menjadikannya perempuan hebat yang tetap terpatri dalam sanubari wanita Indonesia masa kini.<br />
<br />
Di zaman sekarang, saya tentu kagum dengan <i>Megawati Soekarno Putri</i>, <i>Sri Mulyani Indrawati</i>, <i>Nafsiah Mboi</i>, dan masih banyak tokoh perempuan lainnya yang memiliki kapasitas dan potensi untuk membangun negara ini. Meski tak sepopuler tokoh-tokoh itu, namun banyak wanita di Manggarai yang memiliki potensi, semangat dan prinsip yang kuat untuk membaktikan dirinya kepada lingkungannya, untuk daerahnya, untuk bangsa dan negara: bakti dan dedikasi yang tinggi <a href="http://victorialerrick.blogspot.co.id/2016/09/kota-ruteng-panggil-pulang.html">untuk Ruteng, untuk Manggarai</a>.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://4.bp.blogspot.com/-SkFmt5IlYD0/V87Av-gtrkI/AAAAAAAAAdo/mDLQ5sY4cisu8FM_285PIQq9E-fb1FBGwCLcB/s1600/Pram%2Bananta.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Kutipan Pramoedya Ananta Toer" border="0" height="225" src="https://4.bp.blogspot.com/-SkFmt5IlYD0/V87Av-gtrkI/AAAAAAAAAdo/mDLQ5sY4cisu8FM_285PIQq9E-fb1FBGwCLcB/s400/Pram%2Bananta.jpg" title="Kutipan Pramoedya Ananta Toer" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kutipan Pramoedya Ananta Toer tentang menulis |Photo: tokohkita. com</td></tr></tbody></table>
<br />
Saya kadang cemburu dengan kemampuan mereka yang sungguh hebat itu. Mereka tidak hanya memiliki ide yang cemerlang, tetapi juga mampu mewujudkan berbagai ide itu dalam perilaku dan perbuatan mereka sehari-hari. Di Ruteng, kita bisa<i> check </i>sendiri orang-orangnya. Terlalu banyak wanita yang punya kemampuan hebat di Ruteng. Apalagi di <a href="http://victorialerrick.blogspot.co.id/p/hombel-ruteng.html">Hombel</a>. <i>Hehehe</i><br />
<br />
Dari mereka kita belajar menjadi seorang wanita yang terus mengeksplorasi kemampuannya dan memanfaatkan kemampuannya bagi orang lain dan dunia. Semua orang takjub atas peran yang mereka wujudkan dalam membangun dunia. Apakah kita akan jadi seperti mereka nantinya? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing. Jika kita terus berupaya mengasa kemampuan kita, <i>insya Allah</i>, harapan itu akan menjadi nyata.<br />
<br />
Obrolan kami malam itu akhirnya berbuah manis. <i>Molas Hombel<b></b></i> akan sering diisi lagi. Saya sangat senang dengan semangat yang meluap di obrolan kami itu. Kerinduan saya untuk kembali aktif menulis akhirnya termotivasi dengan baik lewat obrolan itu. Meski akan banyak menemukan kesalahan, kenapa tidak kita coba? Kata <b>Albert Einstein</b>; <i>"A person who never made a mistake never tried anything new."</i> Seseorang yang tidak pernah melakukan kesalahan, tidak akan pernah menemukan hal baru. Semoga saya bisa. Amin
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02814876240163406893noreply@blogger.com1Ruteng, Watu, Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Tim., Indonesia-8.6143650000000012 120.466499-34.1363995 79.157905 16.907669499999997 161.775093tag:blogger.com,1999:blog-6890525117360192447.post-10839578962926388952016-09-05T15:13:00.000-07:002016-11-02T14:28:47.969-07:00Ruteng selalu Panggil Pulang<div style="text-align: justify;">
Saya dan <i>blog</i> <b><a href="https://victorialerrick.blogspot.co.id/">"Molas Hombel"</a></b> lahir di Hombel, Ruteng, Flores. Ruteng, sejak saya lahir kecil dan tumbuh menjadi wanita dewasa, Ruteng tetap dingin, sejuk, dan ramah. Kota kecil ini-yang dalam siaran <i>eR-Pe-De </i>dulu sering disebut <a href="http://victorialerrick.blogspot.co.id/search/label/Ruteng" target="_blank"><b>"Ruteng Kota Dingin"</b></a>, ada di bawah bukit-bukit yang hijau. Ia diteduhi pemandangan bukit-bukit yang hijau, hutannya lebat dan ya..begitu lah. Ruteng.</div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://4.bp.blogspot.com/-K9Q4pcsUrb0/V83ykfS7Q6I/AAAAAAAAAcg/V0ZtzGSBVrYaiN8TwmqJXFJys2Ozh7h2gCLcB/s1600/Ruteng%2BPanggil%2BPulang.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Ruteng selalu Panggil Pulang" border="0" src="https://4.bp.blogspot.com/-K9Q4pcsUrb0/V83ykfS7Q6I/AAAAAAAAAcg/V0ZtzGSBVrYaiN8TwmqJXFJys2Ozh7h2gCLcB/s1600/Ruteng%2BPanggil%2BPulang.jpg" title="Ruteng selalu Panggil Pulang" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tarian Caci, salah satu Tarian Kebanggaan Orang Manggarai| Photo: Kim_Orien (Instagram)</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibu saya, kelahiran <b>Sabu Raijua</b>. Kabupaten Sabu Raijua adalah salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Kabupaten ini diresmikan oleh <i>Menteri Dalam Negeri Indonesia</i>, Mardiyanto pada 29 Oktober 2008 sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Kupang. Itu penjelasan Wikipedia tentang Sabu Raijua, tempat kelahiran ibunda. Namun, sejak puluhan tahun lalu, ibunda dan Alm. Ayahanda telah tinggal dan menetap di Ruteng, kota kecil di bawah <i>Gunung Ranaka</i> ini. Saya dan 7 orang kakak saya lalu lahir di Ruteng. Semua lahir-besar di Ruteng.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Di balik hawanya yang dingin dan kedamaian menetap di Ruteng, Ruteng juga menghadirkan satu hal yang tak pernah diingkar dalam hidup. Ia selalu panggil orang-orang Ruteng pulang. Ruteng panggil pulang semua anaknya dengan caranya sendiri. Panggil <i>pake</i> lagu, <i>pake</i> puisi, <i>pake</i> tarian dan <i>pake</i> bahasa Manggarai khasnya. Orang-orang yang telah menjadi <b>diaspora Manggarai</b> di berbagai daerah selalu ingat Ruteng karena berbagai kekhasannya. Ruteng panggil pulang jiwa, batin dan raga mereka untuk kembali dan ingat Ruteng.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://4.bp.blogspot.com/-fOdlaAHpBbo/V83nGFhFqkI/AAAAAAAAAbA/QJ8c0HhxTF8EjgLD9h1y5ZusoWc_8OdSgCLcB/s1600/Ikan%2BCara%2Bdi%2BPasar%2BRuteng.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Molas Hombel Ruteng" border="0" height="424" src="https://4.bp.blogspot.com/-fOdlaAHpBbo/V83nGFhFqkI/AAAAAAAAAbA/QJ8c0HhxTF8EjgLD9h1y5ZusoWc_8OdSgCLcB/s640/Ikan%2BCara%2Bdi%2BPasar%2BRuteng.jpg" title="Molas Hombel Ruteng" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ikan Cara. Salah satu jenis ikan asin yang sangat digemari masyarakat Manggarai |Photo: Leszek S (Instagram)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Saya lahir di Ruteng. Di <a href="http://victorialerrick.blogspot.co.id/p/hombel-ruteng.html" target="_blank"><b>Hombel</b></a>. Sejak kecil, tumbuh di Ruteng. Sekolah, juga di Ruteng. Kuliah, juga di Ruteng. Sekarang, mencari nafkah sebagai pengajar juga di Ruteng, di SDK Cewonikit-Ruteng. Saya betah, nyaman dan selalu merasa Ruteng adalah segalanya dalam hidup. Keramahannya, tutur sapa orang-orangnya, kemajemukan budaya dan agamanya telah membuat Ruteng berakar kuat di sanubari orang-orangnya. Padahal, Ruteng tidak sebesar dan seluas Jakarta atau Surabaya. Dia hanya kota kecil, kota di bawah gunung. Tetapi amat dahsyat memanggil orang-orangnya untuk pulang, untuk tinggal dan mendiami Ruteng.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Waktu liburan panjang beberapa bulan lalu, saya berlibur ke Denpasar, Bali. Betul, Bali itu ramai, maju dan luas. Kota-nya juga lebih besar dari kota kelahiran saya, Ruteng. Di Bali, kita bisa lihat para pelancong dari luar negeri yang lebih banyak dari pelancong yang datang ke Ruteng.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://2.bp.blogspot.com/-IifujpGVOb0/V83rsOaOP_I/AAAAAAAAAbs/k9Uu3uDQnIovrMrp1NHW6AdPSh_Pz9cnACLcB/s1600/Liburan%2Bke%2BBali.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Molas Hombel di Bali" border="0" height="480" src="https://2.bp.blogspot.com/-IifujpGVOb0/V83rsOaOP_I/AAAAAAAAAbs/k9Uu3uDQnIovrMrp1NHW6AdPSh_Pz9cnACLcB/s640/Liburan%2Bke%2BBali.jpg" title="Molas Hombel di Bali" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Moment liburan di Bali, Maret 2016. | Photo: Ian Lerrick (Pribadi)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Kendaraan di Bali lebih banyak, lebih ramai di jalanan. Tidak seperti di Ruteng yang jumlah kendaraanya lebih sedikit. Pemandangan a la kota besar ini saban hari menjadi pemandangan utama selama berlibur. Mata saya puas dengan pemandangan itu. Kadang lelah. Ramai, iya. Tetapi, tak satu pun pemandangan itu yang membekas di jiwa, batin saya. Saya menikmati Bali, sebetulnya hanya karena nama Bali yang telah telah mendunia. Telah terkenal karena objek wisata dan budayanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tiga hari di Bali, hati saya mulai terusik. Ruteng panggil saya pulang. Bahasa orang-orangnya, tawa dan lejong tau di Ruteng panggil dari kejauhan. Pagi dan sore yang dengan jaket di badan, tawar ikan di pasar Ruteng, seperti datang cubit kaki ajak pulang ke Ruteng. <a href="http://victorialerrick.blogspot.co.id/2016/03/molas-hombel-dan-mata-leso-ge.html"><i>Lagu-Lagu Manggarai</i></a> yang diputar dengan keras di Pasar Ruteng seperti panggil saya dari jauh. Semua yang terasa di badan, biasa terdengar di telinga, seperti teriak dari kejauhan, panggil saya pulang ke Ruteng.</div>
<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://2.bp.blogspot.com/-bMStCf5eiMo/V83soWpk85I/AAAAAAAAAbw/HzAjBczeaN0WFFbxVti0Gq4w-cLI2StTwCLcB/s1600/SDK%2BCewonikit%2BRuteng.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="SDK Cewonikit Ruteng" border="0" height="408" src="https://2.bp.blogspot.com/-bMStCf5eiMo/V83soWpk85I/AAAAAAAAAbw/HzAjBczeaN0WFFbxVti0Gq4w-cLI2StTwCLcB/s640/SDK%2BCewonikit%2BRuteng.jpg" title="SDK Cewonikit Ruteng" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Rombongan SDK Cewonikit-Ruteng saat hendak mengikuti Apel 17 Agustus 2016 di Lapangan Motang Rua. | Photo: Ian Lerrick</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perasaan tentang Ruteng, saat itu, benar-benar seperti yang terlukis dalam lagu “Ruteng” yang ditulis <b>Om Illo Djeer</b>. Lagu itu dinyanyikan <b>Om Illo dan Tanta Edel</b>, istrinya. Di <b>You Tube</b>, lagu itu dipublikasikan tahun 2012. Beberapa potongan liriknya, setidaknya, melukiskan dahsyatnya Ruteng yang selalu panggil anak-anaknya pulang, kembali ke dan tinggal di Ruteng.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ruteng akan selalu di hati orang-orangnya. Baik yang sekarang ada di Ruteng, maupun yang tinggal di luar Ruteng. Kata Om Illo, “Semua tentangku ada di tanahku”. Kalau mau tahu kami lebih jauh, datang ke Ruteng. Kira-kira begitu. Karena, tiap kali kami pergi, <i>Ruteng selalu panggil kami pulang</i>. </div>
<br /><style>.embed-container { position: relative; padding-bottom: 56.25%; height: 0; overflow: hidden; max-width: 100%; } .embed-container iframe, .embed-container object, .embed-container embed { position: absolute; top: 0; left: 0; width: 100%; height: 100%; }</style><div class='embed-container'><iframe src='https://www.youtube.com/embed//aWOgxNxx0W0' frameborder='0' allowfullscreen></iframe></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02814876240163406893noreply@blogger.com0Ruteng, Watu, Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Tim., Indonesia-8.6143650000000012 120.466499-34.1363995 79.157905 16.907669499999997 161.775093